Wednesday, August 18, 2004

Pijatan Mama-ku

Dari hari jum'at lalu tiba-tiba aku flu berat, padahal rasanya sedang tidak 'musim'nya, karena kondisi cuaca juga biasa-biasa saja. Hari sabtu seharian aku istirahat, dan badan lumayan segar rasanya, walaupun masih tersisa flu, karena suaraku masih bindeng sekali kedengarannya. Hari Minggu aku jalan seharian ke Mall Ambassador, cari-cari DVD. Pulang dari Mall Ambassador badanku rasanya tidak karuan lagi, semua tulangku ngilu-ngilu. Hari Senin aku coba masuk kantor, ternyata cuma bisa bertahan sampai jam 10.00, akhirnya aku ijin pulang. Pileknya tidak ingusan, jadi semua cairan seperti tertahan di pangkal hidung, pusing kepalaku mungkin efek dari cairan yang tertahan di pangkal hidung itu.

Katanya obat flu itu cuma satu yaitu istirahat. Tapi untukku obat flu itu 2, istirahat dan pijatan mama-ku. Dari kecil kalau aku sakit walaupun sudah ke dokter tapi belum dipijat mama-ku rasanya seperti belum berobat
Tidak ada yang terlalu istimewa sebenarnya dengan pijatan mamaku, mungkin sama seperti pijatan tukang pijat-tukang pijat lainnya. Menjadi berbeda mungkin karena yang memijat adalah tangan ibu yang ada extra kasih sayang-nya disana.

Biasanya mamaku memulai "pengobatan ala mama" ini dengan kerokan di punggung, di leher dan di bahu. Jika dada sedikit sesak dan perut kembung maka kerokan ditambah di bagian dada dan perut. Untuk bagian perut cara memberikan kerokan sedikit berbeda, tidak boleh terlalu keras. Menurut beliau mengerok itu juga ada caranya, harus rapi dan terartur, karena kalau tidak teratur dan rapi malah akan membuat angin yang ada di tubuh terperangkap.

Setelah selesai tahap kerok mengerok ini, baru dilanjutkan dengan tahap pemijatan. Kalau keluhan utamanya adalah sakit perut (perut kembung) pemijatan langsung dilakukan di sekitar perut. Sambil melakukan pemijatan biasanya mamaku menerangkan bagaimana melakukannya. Waktu dipijat di tempat yang dia sebut sebagai "sarang angin" maka akan terdengar suara seperti deru angin. Jika sudah ditemukan 'sarang angin' ini maka tempat itu akan dipijat berkali kali hingga ketika dipijat tidak terdengar lagi deru angin di sana.

Setelah itu aku akan diminta tengkurap dan menungging sampai aku buang angin. . Kalau belum berhasil buang angin, maka taruh botol yang telah diisi air hangat di perut, badan tetap dalam posisi nungging. Percaya, ketika berhasil buang angin, akan dirasakan kelegaan luar biasa.

Selanjutnya adalah pemijatan punggung, leher, kepala, tangan, jari tangan, kaki dan jari kaki. Tidak harus berurutan seperti itu, dapat dilakukan acak, tapi aku lebih menyukai urutan seperti itu -berakhir di jari kaki.
"Pengobatan ala mama" ini akan diakhiri dengan pengolesan obat gosok seperti balsem ke sekujur tubuh dan minum teh hangat tanpa gula.

Ketika semalam sakitku tidak juga pulih, malah sekarang ditambah batuk yang parah sampai aku tidak bisa tidur, aku betul-betul merindukan pijatan mamaku. Aku tau kalau ada mamaku pasti yang akan dikerok dan dipijat mamaku adalah bagian dadaku. Kali ini aku harus melakukannya sendiri, sama caranya, pasti sama, karena beliau yang mengajarkan, tapi rasanya tidak akan pernah sama. Sekecil apapun yang diberikan ibu memang tidak akan pernah ada yang bisa menyamai apalagi menggantikan.

3 Comments:

At 8:38 AM, Blogger inez said...

seorang teman gi, saat ini dia bekerja di salah satu tv swasta disini, dia penulis skenario juga. dia tidak menyarankan untuk menulis dengan style tertentu, cuma menyarankan gimana kalau menulis menggunakan kata "bagaimana" bukan "gimana", tp tulisannya tidak terasa seperti sedang membaca textbook :).

 
At 10:29 AM, Blogger Fitri said...

okta...okta...lo dimana nih?
kok udah lama nggak nge-update blognya?

 
At 3:44 PM, Anonymous Ayang said...

Karena dari tangan mama ada cinta.

 

Post a Comment

<< Home