Monday, November 08, 2004

How Lucky to Have Them!! (Family Series - Part 1)

Dua minggu lalu aku ketemu beberapa teman kuliah untuk buka puasa bersama, sebenarnya aku sedang tidak puasa, tapi tentu saja sayang melewatkan acara untuk ketemu teman-teman seperti ini. Yang paling menarik dari berkumpul dengan teman-teman seperti ini pasti acara bertukar ceritanya. Dominannya saling bertukar cerita seputar kegiatan masing-masing akhir-akhir ini, atau cerita tentang teman-teman lain.

Satu teman cerita agak lain kemarin, dia cerita tentang perkembangan hubungannya dengan kakak-nya. Sebenarnya kakaknya itu teman kita juga karena sama-sama di satu organisasi tapi hari itu dia tidak datang, dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya akhir bulan november ini. Dari dulu kita juga melihat hubungan kakak-adik ini agak ganjil, seperti ada gap dan jarang sekali terlihat berkomunikasi, bahkan hampir tidak pernah. Saat ini kakak-nya tinggal di Bandung sedangkan temanku ini tinggal di jakarta, makin tidak pernah saja mereka berkomunikasi. Nah kemarin temanku cerita terakhir mereka ketemu di bandung, di rapat keluarga untuk mengurus pernikahan kakaknya dan akhirnya mereka bicara tentang gap mereka ini. Dan akhirnya sepakat untuk memperbaiki ini dan terus keep in touch.

Aku senang dengar kabar ini, dan aku tiba-tiba ingat dengan saudara-saudaraku sendiri. Saat ini kami tinggal berjauhan, tidak satupun tinggal di satu kota yang sama dengan yang lainnya, kakak ku yang pertama di Landsberg, aku di jakarta, adikku satu di Ulm dan satu di Bandung, tapi rasa-rasanya tidak pernah ada gap antara kami, dari dulu.

Aku jadi ingin sharing tentang aku dan saudara-saudaraku disini. Sebenarnya ini topik favoriteku, heran juga aku belum pernah menulis tentang ini disini :). Aku selalu merasa beruntung dihadirkan Tuhan dikeluargaku ini, tidak dikeluarga lain, aku rasanya hampir tidak pernah berhasil menutupi rasa banggaku karena punya orang tua seperti orang tuaku dan punya saudara-saudara seperti saudaraku, makanya aku hampir tidak pernah lupa menyisipkan cerita tentang mereka ke tiap orang yang aku kenal :)'.

Aku empat bersaudara. Kakakku yang pertama namanya Ellyza Dian Satriana, Cak Lyza begitu kami sekeluarga memanggilnya. Aku yang kedua, dan mereka memanggilku Cek Tanty. Yang ketiga laki-laki, Wahyu Hidayat, kami semua memanggilnya Kakak, sedangkan yang bungsu laki-laki juga, namanya Martha Novandhy, dipanggilnya Adek.
Ini foto-foto kami berempat :
Cak lyza


Aku


Wahyu


Martha


Jarak usia kami berdekatan, masing-masing 2 tahun. Mungkin karena usia kami yang tidak terpaut jauh tidak pernah terjadi kesulitan komunikasi di antara kami, dari sejak kecil begitu. Mungkin juga karena kondisi di rumah yang diciptakan orang tua kami untuk setidaknya 2 kali sehari duduk bersama dan saling bertukar cerita, yaitu ketika makan siang dan makan malam, atau pada hari minggu ditambah lagi satu kesempatan yaitu duduk-duduk di kursi sudut ruang tamu setelah makan malam. Tiap orang biasanya cerita semua kegiatan hari itu, tidak heran kalau kami berempat selalu tau teman-teman masing-masing dari kami, kadang-kadang ikut merasa menjadi teman akrabnya walaupun tidak pernah bertemu :)'. Untuk acara duduk-duduk di kursi sudut ruang tamu biasanya ada satu extra kegiatan yaitu tampil 'unjuk' kebolehan di depan kami sekeluarga. Menyanyi biasanya yang paling dominan, kadang-kadang baca puisi juga. Wahyu yang biasanya suka berdeklamasi di depan kami semua :). Kadang-kadang mama-ku juga mengajarkan kami di kesempatan itu beberapa lagu islami yang memudahkan kami untuk menghapal satu hal tertentu, misalnya lagu rukun islam, 25 nama nabi, atau lagu sejarah nabi muhammad. Sampai hari ini aku masih ingat benar lagu-lagu itu :)

Tahun 1991, kakakku, aku dan Wahyu hijrah ke Bandung untuk sekolah. Saat itu kakakku akan masuk SMA, aku kelas 2 SMP dan Wahyu baru akan masuk SMP. Jadi umur kami waktu pindah itu 15, 13.5, dan 12 tahun. Menurut orang-orang ini usia yang sangat muda sekali untuk hidup jauh dari orang tua. Menurut kakakku yang saat ini sudah punya anak, dia tidak bisa membayangkan perasaan mamaku saat itu, yang harus melepas anaknya sekaligus 3 untuk sekolah di tempat yang jauh. Tapi seingatku waktu itu kami semua bisa mengatasi itu, kami bertiga merasa cukup berani dan mamaku ternyata cukup bisa mengatasi perasaannya.

Saat pertama kali tinggal di Bandung kami tinggal dengan tante dan oom dengan satu putranya. Mereka belum lama menikah, jadi orang tuaku tidak ingin merepotkan mereka dengan harus ikut repot mengatur uang dan makan kami. Akhirnya semua kami lakukan sendiri bertiga.

Pembagian tugas kami bertiga dulu begini : kakakku mengatur uang, kami diberi ongkos dan uang jajan harian.
mencuci dan setrika sendiri-sendiri, belanja sayuran gantian ( wahyu termasuk juga kebagian ke pasar/ke warung membeli sayuran), masak adalah tugas aku dan kakakku yang bergantian setiap hari, sedangkan membersihkan rumah ( nyapu dan ngepel) juga gantian bertiga. Yang paling aku ingat dari tahun pertama kami tinggal di bandung ini adalah tiap pagi sarapan kalau tidak nasi goreng nasi putih+telur ceplok dan kecap:)'. Seingatku tidak ada keluhan berarti walaupun saat itu tahun pertama kami tinggal bersama jauh dari orang tua, wahyu tidak mengeluh dengan harus mencuci dan menyetrika sendiri, begitu juga dengan harus ke pasar :)'. Yang paling kerepotan waktu itu adalah pembukuan keuangan' Papaku mensyaratkan kami untuk mencatat semua kebutuhan kami, i repeat semua..every cent, di akhir bulan catatan itu dilaporkan. Kadang-kadang uang itu tidak dibelikan yang aneh-aneh, tapi lalai mencatat dan lupa, jadi kadang-kadang dicatatan saldonya ada tapi uangnya tidak ada :) dan ini pasti jadi pertanyaan papaku.

Menurut papaku dia mencoba mengajarkan tanggung jawab pengelolaan uang, Bandung kota besar menurutnya, jika tidak ada pengawasan bisa kebablasan semuanya, sedangkan kami masih kecil-kecil. Dulu sebal sekali rasanya harus mencatat tiap pengeluaran seperti itu, tapi sekarang baru terasa manfaatnya. Sekarang walaupun punya penghasilan sendiri aku tetap melakukan pencataan ini, ternyata kakak-ku juga begitu :)'. Bedanya sekarang kalau ada ketidakcocokan tidak akan mendapat pertanyaan-pertanyaan soal itu:)'.

Tahun kedua kami pindah ke rumah kontrakan yang agak lebih besar, tempatnya tidak jauh dari rumah kontrakan lama. Satu teman dari kampung juga ikut tinggal bersama kami untuk sekolah. Dia juga mengatur uang dan makannya sendiri. Tahun ketiga di Bandung baru kami tinggal hanya bertiga saja, tidak sama-sama dengan Oom&Tante dan temanku lagi. Tahun keempat kami di bandung, adikku yang bungsu tamat SD dan menyusul kami bertiga ke Bandung, melanjutkan SMP nya di sana, sedangkan Wahyu saat itu tamat SMP-nya dan melanjutkan SMA nya di Magelang, di SMA Taruna Nusantara. Jadi kami tetap tinggal bertiga waktu Wahyu pindah ke Magelang.

Hampir tiap tahun kami pindah kontrakan, alasannya macam-macam, kadang-kadang rumah itu tidak akan dikontrakkan lagi, kadang-kadang tidak cocok dengan airnya.Yang agak lama adalah ketika kami pindah ke Jln. Cisokan Bandung. Rumah itu lumayan besar, apalagi dapur dan kamar mandinya, halamannya juga cukup besar. Kurang lebih 4 tahun kami tinggal disana. Tahun ke 2 kami tinggal di rumah ini, Wahyu lulus dari SMA-nya di Magelang, dia kembali ke bandung dan melanjutkan kuliahnya di Bandung. Jadi pertama kalinya lagi kami berempat tinggal bersama-sama lagi.

Ada satu cerita waktu wahyu sudah tinggal Bandung lagi. Cerita tentang 'perjuangan' kami berempat supaya punya telpon di rumah tapi tidak mau minta tambahan uang lagi ke orang tua. Karena kami tahu bagaimana beratnya orang tua saat itu karena harus menguliahkan kami bertiga sekaligus. Kami merasa benar-benar perlu telpon di rumah, supaya hubungan ke orang tua lancar juga ke teman-teman. Waktu ke kantor telkom ternyata telpon rumah yang pakai saluran kabel sudah tidak ada lagi jatahnya untuk disekitar rumah kami, Wahyu kemudian mencari-cari informasi dan ada tawaran telpon rumah dengan antena. Waktu sudah tau biayanya kami mulai menghitung-hitung harus menabung berapa dari uang bulanan, dan satu-satunya cara supaya bisa menyisihkan uang bulanan untuk ditabung adalah dengan mengurangi uang makan!:). Karena berempat sudah sepakat tentang rencana ini, akhirnya semua menerima 2 bulan makannya hanya nasi dan telur saja !!:D'. It's true...'.:). Semoga ini tidak ada efek sampingnya dikemudian hari ya :D'.

Satu cerita lain adalah perjuangan supaya punya komputer dan handphone. Waktu itu kakakku sudah menikah dan tinggal di jakarta, aku baru saja lulus, Wahyu tahun ketiga kuliah dan Martha baru tahun pertama kuliah.
Waktu itu ada bisnis kecil-kecilan menjadi distributor, untungnya lumayan tapi kurang untuk membeli komputer dan handphone. Wahyu ( lagi-lagi wahyu, karena biasanya memang dia yang paling pingin punya ini dan itu:)) yang waktu itu tergabung dalam komunitas pencinta kartu telpon binaan telkom ditawari untuk menjadi ketua panitia bagian penyelenggara pameran besar yang diadakan PT Telkom dalam rangka HUT RI ke 50. Kegiatan ini akan menyita waktu wahyu banyak sekali, tapi honornya nanti cukup lumayan menurut wahyu. Akhirnya dia terima itu, aku dan martha dimintai tolong untuk mensupport wahyu. Mensupport apakah? ternyata mensupport wahyu menyediakan bajunya, karena dia tidak sempat mencuci dan menyetrika :). I took that part, sedangkan adek waktu itu diminta wahyu mencarikan celana panjang hitam nyaris jam 9 malam!!. Akhirnya tahun itu memang kami punya komputer lengkap dengan printernya dan juga Hanphone nokia 3210 baru yang kami pakai bersama-sama :)'.

Dari semua yang pernah aku alami bersama keluargaku ini, rasanya tidak berlebihan ketika aku menulis ucapan terima kasih untuk keluargaku di tugas akhir sarjanaku seperti ini :

Mama dan Papa. Kalian orang tua yang hebat dan aku selalu bangga punya orang tua seperti kalian. Terutama untuk mama-ku : aku tidak pernah melihat ibu dengan semangat, kesabaran, ketabahan dan kasih yang luar biasa untuk anak-anaknya seperti mama. Terimakasih untuk dorongan dan do'anya selama ini. I love you so much, ma.

Kakak-ku : Ellyza Dian Satriana. Cak, kamu kakak yang luar biasa. Terima kasih untuk menjadi ibu, kakak, sahabat, teman diskusi dan motivator-ku sampai hari ini. I'm so proud of you.

Adik-adik ku : Wahyu Hidayat dan Martha Novandy. Kak, kamu adik yang hebat. Aku tahu kamu akan jadi orang 'besar' nanti. Terima kasih untuk semua usaha-mu mengadakan yang sepertinya tidak mungkin ada untuk kita. Adek, kamu adikku yang juga hebat, talented. I love you.

Masih banyak cerita tentang mereka sebetulnya, sehingga mungkin cerita ini harus berseri:). Lain kali aku pasti akan menulis lagi tentang mereka :) Semoga kami akan selalu rukun-rukun seperti ini, dan selalu dapat berpelukan seperti di foto ini :




1 Comments:

At 3:05 AM, Blogger L. Pralangga said...

Family is an asset, and I am glad that they are all together, I can't wait to fly back and get home real soon...:)

It was nice to have visited back your blog...
Hugs from Monrovia..

 

Post a Comment

<< Home