Great Parents ( Family Series - Part 2, episode 2, Tamat)
Dalam ingatanku, sosok papaku bisa aku gambarkan sebagai orang yang paling disiplin sedunia, sementara mamaku adalah sosok ibu dan guru sejati. Saat SD semua hal tentang sekolah kami diatur papaku secara ‘sistematis’. Semua buku kami bentuk, ketebalan, dan sampulnya seragam. Papaku ‘mencetak’ nama dan judul buku itu dengan huruf dari penggaris semacam penggaris Rotring. Tiap buku itu diberi halaman, jadi tidak boleh dirobek untuk membuat kapal-kapalan atau semacamnyaJ. Untuk keperluan seperti itu sudah disediakan papaku buku terpisah. Menurut beliau ilmu itu pasti bersambung, jadi buku catatan tidak perlu ganti setiap naik kelas, tapi berganti kalau halamannya sudah habis. Buku catatan kami selalu tebal, biasanya untuk satu subject misalnya IPA baru habis setelah kelas 4.
Tiap papaku pulang kerja semua buku kami diperiksa papaku sekalian membahas apa yang kami pelajari hari itu. Jika ada yang menurut papaku salah dalam catatan atau jawaban tugas yang kami kerjakan hari itu papaku akan menulis komentar disana. Setelah selesai halaman itu di paraf papaku. Ritual seperti ini berlangsung setiap hari hingga kami kelas 4 SD. Naik ke kelas 5 ritual pemeriksaan ini hanya sesekali saja, dengan periode yang random, dan ini membuat banyak kejadian “lucu” :). Biasanya papaku akan mengumumkan :’nanti malam papa periksa buku kalian”. Untuk anak yang catatannya tidak rapi seperti aku pengumuman ini berarti :’tidak main seharin untuk membereskan semua catatan yang kurang dan tidak rapi, plus menyiapkan jawaban untuk pertanyaan mengenai beberapa lembar halaman yang hilang’:).
Begitulah, semua berlangsung seperti itu hingga kami kelas 6. Dan saat lulus dari SD kami berempat masing-masing punya satu lembar piagam seperti ini :
Aku menemukan lagi piagam ini sebulan lalu, fisiknya sudah jauh berbeda dari 14 tahun lalu ketika aku menerimanya, sudah menguning dan lusuh. Piagam sederhana ini yang menjadi seperti 'tiket' untuk masing-masing dari kami berempat untuk melangkah ke bandung dan mencoba menjadi bagian dari pelajar 'kota besar' yang sebelumnya soal-soalnya pernah kami ketahui dari majalah Bobo itu':)
Sebenarnya yang diajarkan oleh orang tuaku tidak melulu soal ilmu pengetahuan. Bahkan bisa aku katakan bahwa ilmu pengetahuan dan hal lainnya seperti agama, budi pekerti, kemandirian, kerendahan hati, tanggung jawab, kepercayaan diri, empati dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar diajarkan orang tuaku seimbang dan sama seriusnya. Jadi sebenarnya semua tetanggaku tidak perlu merasa demikian tidak mengertinya dengan papa dan mamaku ketika mendengar kabar bahwa kami bertiga akan sekolah jauh ke bandung padahal masih kecil-kecil. Bekal-nya sudah lebih dari cukup.
Komitment orang tua kami untuk pendidikan betul-betul mencengangkan untukku. Rumah yang dibangun susah payah dengan mudahnya mereka relakan untuk dijual demi biaya kami bertiga sekolah di Bandung. Keputusan yang menuai lebih banyak lagi pandangan tidak mengerti dari tetangga dan keluarga besar kami. tapi hebatnya orangtua kami tidak perduli dengan itu dan sepertinya betul-betul percaya bahwa ini pengorbanan yang tidak akan sia-sia.
Kali ini aku ingin menulis sedikit catatan masing-masing dari kami dari sejak kami pindah ke Bandung sampai kondisi hari ini
- Ellyza Dian Satriana: SMA N 3 Bdg, ITB-Teknik Fisika, istri dan ibu dari 2 anak, a high quality mom :) , Jerman
- Oktaria Ineztianty : SMP N 5 Bdg, SMA N 5 Bdg, ITB-Teknik Penerbangan, punya banyak teman , bekerja, Jakarta
- Wahyu Hidayat : SMP N 14 Bdg, SMA Taruna Nusantara Magelang, ITB-Teknik Elektro, Unpad-Management, Communications Technology University of Ulm Germany, High Quality Jomblo:), Jerman
- Martha Novandy : SMP N 44 Bdg, SMA N 1 Bdg, ITENAS-Teknik Industri, creative person, Bandung.
Saat aku melihat lagi piagam kuning tadi, catatan di atas, dan juga mengingat semua prestasi yang pernah kami dapat, aku rasa papaku “bohong” saat dia bilang dia tidak pernah menerima “buku manual” dari Tuhan saat kami lahir :)’. Jangan lupa untuk mewariskan 'buku manual' itu kepada kami ya pa, ma ;)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home