Friday, February 04, 2005

Celeb Generasi X

Menarik memang mengamati selebriti, polah tingkah dan apa yang mereka bicarakan kadang-kadang menggelikan sekali untukku, kadang-kadang buat aku kesal dan tidak mengerti.

Satu hari aku melihat di tv satu selebriti ABG, Astrid bicara. Aku tidak tau persis kalimat pertanyaan wartawan, mungkin kira-kira begini :’apa pendapat kamu tentang virgin’??. Dengan ekspresi sangat antusias dia menjawab begini :’nggak usak munafik deh, hari gini? Virgin?? Sumpe lo?? Gua ingat banget apa yang dian sastro bilang, dan menurut gw dian sastro itu hebat bisa ngomong gitu, makanya gw inget banget, dia bilang gini :’kalau nikah Cuma untuk ML, ngapain nikah?? Menurut gw dia hebat banget bisa ngomong gitu’.

Astrid, sumpe lo aku gak salah ingat soal jawaban kamu itu juga urutan jawabannya seperti itu:)’. Dan sumpah banget lo ngga’ nyambung!!! :)’.

Aku kesal saat mendengarnya. Karena jawabannya berkesan :’yang tidak seperti gua itu munafik dan tidak mungkin’. Dik Astrid, belajar lagi yang banyak soal makna kata, konteks dan hubungan kausal kalimat ya :)’ lain kali kalau memberi komentar be smart ya :)’.

Aku tidak menutup mata dengan kejadian disekelilingku, dan aku pribadi tidak pernah memberi penilaian apa-apa, karena semua dalam hidup adalah soal pilihan menurutku, dan itu tidak perlu pembahasan apa-apa. Yang perlu adalah masing-masing orang yang sudah hidup dengan pilihannya tidak memandang orang lain yang berbeda dengan pilihannya sebagai orang yang lebih ‘rendah’ dari dia. Tentu saja orang yang memilih untuk tetap bersetia dengan norma dan nilai agama tidak ada hubungannya sama sekali dengan munafik dan tidak munafik.

Pernyataan dik Astrid yang mengesalkan sekaligus menggelikan itu sudah terlupakan, sampai berita tentang Ariel-Peterpan tiba-tiba muncul. Satu lagi berita yang terdengar menggelikan di telingaku. Lia kekasih Ariel dikabarkan hamil 6 bulan dan keluarga Ariel jadi ramai bicara di infotiment. Mereka bicara bahwa Ariel harus bertanggung jawab atas kehamilan Lia. Kata ‘bertanggung-jawab’ terdengar janggal dan tidak pas ditelingaku untuk kasus seperti ini. Untukku kata itu hanya pas untuk korban perkosaan, karena untuk korban perkosaan jelas si perempuan sama sekali tidak mau melakukan hubungan intim itu dan tidak pernah terbayang akan hamil sebagai konsekuensi dari hubungan intim. Jadi tepat jika si korban menuntut laki-laki untuk bertanggung jawab.

Wingky, sepupu Lia mengamini bahwa generasi mereka adalah generasi X, generasi yang mengagungkan kebebasan, dengan definisi sederhana kebebasan itu sebagai :’suka-suka gua dong, hidup-hidup gua kok’. Tapi ketika Lia hamil kenapa Ariel ‘diharamkan’ untuk bilang :’suka-suka gua dong..hidup-hidup gw’. Dia ‘diharuskan’ keluarga Lia untuk bertanggung jawab. I wonder why??? Dan ternyata katanya adalah secara norma dan agama ariel harus bertanggung’. Apakah ini tidak terdengar menggelikan??

Menurutku hidup itu ada dua pilihan, mengikuti norma atau tidak mengikuti norma,dan ini tidak bisa dimix.

Norma menyediakan alur seperti ini :
Jangan ML sebelum menikah --> menikah --> hamil--> punya anak dengan segala kejelasan statusnya.
Stepnya harus sistematis dijalankan persis seperti itu kalau mau sampai ketujuan akhir dari adanya norma itu.
Generasi X rasanya ingin punya jalur sendiri yang kontradiktif dengan jalur norma, dan menurutku tidak masalah. Karena toh definisi norma dan normal itu sendiri adalah soal kesepakatan dengan angka statistik

Kembali ke soal Ariel dan Lia, jelas sekali bahwa dari awal mereka tidak ikut jalur norma, tapi jalur generasi mereka. Kalau ibarat rel kereta api mereka berada di rel yang beda dengan rel norma, tapi lucunya ditengah-tengah perjalanan mereka tiba-tiba ‘lompat’ ke jalur norma, bicara berkoar-koar tentang step tengah jalur norma!!!’. Bagaimana aku tidak merasa geli mendengar semua orang bicara tentang norma untuk kasus Ariel-Lia. Kalau betulan ini kereta ya pasti yang terjadi tabrakan. Bayangkan 2 kereta berbeda dijalur berbeda berangkat bersamaan, tiba-tiba ditengah jalan satu kereta tiba-tiba menikung dan masuk ke jalur kereta pertama. Hasilnya pasti tabrakan kan?

Apa boleh aku menarik kesimpulan seperti ini : Generasi X = Generasi tidak konsekwen?

7 Comments:

At 2:31 AM, Blogger Adna & Adam said...

Halo okta,rasanya generasi X sebenernya gak tahu apa2deh tentang makna konsekuensi. Tapi mungkin di kasus si 'lia' itu ada miskomunikasi antara dia dan familinya.Si 'Lia' yang generasi X tanpa merasa bersalah hamil sampai 6 bulan....tapi familinya yang bukan generasi X kebakaran jenggot. Ngeri banget yah?.

 
At 6:13 PM, Blogger L. Pralangga said...

As the world goes crazier than ever, shown by the attitude of the so called gen-X Celebs, well, it all lies to us individually either to choose to live with sanity or otherwise. It is nice to have read your blog and good to see some critics that perhaps enlighthen other confused minds.

Warm regards from Africa ;-)!

 
At 7:18 PM, Blogger munadi said...

boleh kusingkat tema "C G X" u tentang hubungan sex laki perempuan diluar nikah, secara garis besar kubagi dua, hubungan dengan komitmen hav fun suka-samasuka dan hub terpaksa/dipaksa, pada kasus ariel pendapat saya adl model hub yg pertama dan seharusnya efek (resiko)dari suka-samasuka ya ditanggung bersama.

 
At 8:50 PM, Anonymous Anonymous said...

Mungkin bukan begitu yang terjadi. Mungkin generasi "X" ini cuman lebih apa adanya dalam berbicara, kalau dia tolol ya dia akan bicara dengan ketololannya, kalau dia nyeleneh ya dia akan bicara dengan nyeleneh. Sementara generasi "W" mungkin bicara dengan lebih mengikuti pola yang relatif sudah baku. Seperti kalau kita hadir di upacara pemakaman, walaupun orang yang dimakamkan adalah orang yang paling tidak disukai orang-orang sekampung, Pak Kiai (yang mungkin adalah generasi "T") akan mengatakan bahwa Pak Anu ini adalah orang yang pandai bertetangga, ramah, senang membantu, dll. intinya... kebobrokan generasi sebelum "X" itu relatif tidak terlalu mencolok, karena mereka tidak sedemikian polosnya menceritakan kebobrokan mereka, sementara mungkin sebetulnya kadar kebobrokannya sama saja. Hamil diluar nikah, selingkuh, sex bebas, kumpul kebo, bukan barang baru kan...

 
At 8:18 AM, Blogger inez said...

Hmm...tulisan ini sebenarnya tidak bicara tentang generasi mana yang lebih baik..seperti aku bilang ini hanya soal pilihan hidup yang pasti dipilih orang dengan reason sendiri-sendiri. aku hanya ingin sharing pendapatku yang merasa aneh orang me-mix ( mencampurkan) dua hal yang menurutku tidak bisa dicampur..kejadian soal diluar nikah terdengar aneh ditelingaku yang disangkutpautkan dengan kewajiban karena norma dan agama.

 
At 4:14 PM, Anonymous Anonymous said...

elu ngomong apaan sih..ariel kan ga salah..lianya aja yang genit..lagian gua kaga ngarti apaan sih yang elu omongin..sori aja ya..web lu nih web paling nyebelin yg prnh gua tau..maap yak?!

 
At 11:44 PM, Blogger blastedmind said...

Generasi X adalah Generasi yang kebablasan, nggak punya konsep, dan maaf, seringkali otaknya di perut dan selangkangan...

Mereka melecehkan orang-orang yang memegang teguh norma agama dan adat, sebagai orang yang terkungkung dan tidak bebas... Padahal mereka sendiri juga terkungkung dan tidak terbebas dari keinginan perut dan selangkangan mereka...

Saya juga yakin posting ini akan dikatakan munafik oleh para pembela perut dan selangkangan ini, karena kemunafikan mereka, takut nafsu perut dan selangkangannya tidak lagi bisa diumbar dengan buasnya... Tentu dengan plintiran-plintiran fakta..

Wahai generasi X, pengritik kalian mungkin munafik, termasuk saya, tapi mungkin bisa dimetaforakan sebagai munafiknya maling celana dalam di jemuran yang enggak ngaku sebagai maling..

Kalian generasi X? maling celana dalam di jemuran dan berbangga hati dengan status dan perilaku kalian sebagai maling celana dalam.. sudah munafik, kepala batu pula...

Indonesia dengan generasi X? saya rasa sudah XX atau XXX...

 

Post a Comment

<< Home