Thursday, November 22, 2007

We are here to serve you

Baru kali ini saat sekolah, sebagai mahasiswa aku merasa sangat-sangat dilayani. Baru kali ini merasa sebagai orang yang membayar benar-benar dapat apa yang seharusnya didapat oleh orang yang membayar. Dulu sebagai mahasiswa boro-boro merasa dilayani, yang ada justru harus melayani dosen. Melayani dosen yang jadwal mengajarnya terserah dia, melayani dosen yang mengajarnya tidak enak tapi tidak menyediakan mekanisme bagi mahasiswa untuk mengatakan itu, melayani dosen yang nilainya entah kapan keluarnya, melayani dosen yang minta jadwal bimbingan tugas akhir yang sulit dll..dll.

Di kuliahku kali ini aku mendapat pengalaman sebaliknya.

Seperti pernah aku cerita sebelumnya, program Management Pertahanan ini adalah kerjasama ITB dan Cranfield University, UK. Yang aku tau dan rasakan Cranfield men-support kurikulum dan dosen untuk semua matakuliah sampai 5 tahun program ini berjalan. Along the process sedikit demi sedikit pengajaran matakuliah ini ditransfer ke pihak ITB, sampai akhirnya nanti semua dosen akan full tanggung jawab ITB.
Dan aku bisa lihat Cranfield sungguh-sungguh sekali memberikan support ini.
Semua dosen yang di datangkan, baik asli dari Cranfield ataupun dari Indonesia (Prof. Dr. Banyu Prawita – UNPAR) adalah yang terbaik di bidang mereka. Dan untuk semua proses belajar-mengajar nya ini sebagai mahasiswa aku benar-benar dilayani. Misalnya :

Dosen yang selalu datang sesuai jadwal, lebih awal malah. Jadi tidak ada cerita mahasiswa sudah datang ke kampus, sampai di pintu ada pengumuman : kuliah hari ini ditiadakan, dst dst.

Yang paling kentara bedanya adalah tentang mekanisme ’perbaikan’ yang ada baik melalui kuisioner maupun evaluasi langsung untuk tiap modulnya. Dan ini dilakukan konsisten. Jadi tiap kali satu modul berakhir kami mahasiswa akan diberikan satu lembar quisioer isinya mengevaluasi tentang pelaksanaan modul itu, materinya, dosennya dll, dan ada kotak comment disana yang kita bisa menulis apa saja. Dan kuisioner ini bukan cuma formalitas untuk mereka, tapi betul-betul ditindaklanjuti, terlihat dan terasa bedanya. Misalnya : angkatan sebelumku banyak yang menulis kalau dosennya mengajar terlalu cepat bicaranya, sementara ini bahasa inggris. Waktu angkatanku semua dosen diawal modul selalu mulai dengan : kalau saya terlalu cepat please do not hesitate, rise your hand. Aku melihat ternyata memang speed mereka bicara di depan kelas dan saat mengobrol waktu break itu beda. Pernah juga aku komentar kalau aku perlu tiap dosen mulai dengan big picture dari tiap modul, karena aku melihat tidak semua dosen mulai dengan itu. Dan semua dosen berikutnya mulai dengan big picture saat mengajar.

Yang mungkin paling ’luxury’ untuk disini adalah bahkan minta penggantian dosen pun mungkin, karena dianggap tidak sistematis saat mengajar, memberi nilai terlambat, dll..dll. Dan itu sudah 2 kali terjadi selama program ini berjalan. Ini juga contoh dari hasil dari kuisioner yang ditulis mahasiswa.
Aku sempat ngobrol panjang dengan 2 dosenku dari Jerman, kebetulan dua-duanya namanya Pieter. Mereka tanya aku ditengah-tengah kuliah bagaimana mereka mengajar, apa ada keluhan? Apa ada masukan?’. Mereka bilang mereka tidak tahu apa tahun depan mereka akan mengajar kami lagi? Karena itu tergantung hasil kuisioner kami nanti. 2 Pieters itu bilang : so, you are who hold the power of our future here.
Terlihat jelas kan kalau mereka disini untuk melayani kami mahasiswa, bukan sebaliknya.

Terakhir yang terasa untukku saat ini adalah kesungguhan mereka membantu process thesis.
Jadi tanggung jawab proses thesis ini sebenernya di pihak ITB. Pembimbing pertamanya harus dari ITB, pembimbing kedua boleh dari ITB, universitas lain, dan Cranfield. Tapi untuk yang tidak sama sekali dibimbing oleh pihak Cranfield mereka tetap menyediakan untuk tiap mahasiswa dosen Cranfield sebagai advisor, in case mahasiswa itu butuh. Ini juga ternyata tidak dilakukan sebagai formalitas saja oleh Cranfield.
Waktu angkatan 1 proses menentukan pembimbing dan advisor ini dilakukan dengan membaca semua proposal thesis oleh penanggung jawab untuk program ini dari pihak Cranfield, Prof. Derrick Neal, Dean (Dekan) Defence Academy, lalu di diskusikan dengan pihak ITB, Dr. Bambang K. Hadi, Koordinator program studi management pertahanan, di ITB. Jadi Derrick datang ke ITB untuk proses ini. Ternyata menurut Derrick agak sulit mereka menentukan hal ini hanya dari membaca proposal thesis yang hanya beberapa lembar. Dari evaluasi ini untuk angkatanku pendekatannya lain.

Derrick khusus terbang ke Bandung untuk melihat presentasi singkat tiap mahasiswa tentang proposal thesis dan progress nya sampai saat ini. Jadi dia harapkan bisa lebih precise memberikan dosen pembimbing dan advisor dari Cranfield. Ternyata penerbangan dia kali ini kacau balau sampai dia harus kehilangan koper-nya. Jadi penerbangan dia dari london itu memang terlambat 6 jam, jadi dia sampai di Dubai terlambang, pesawat penghubungnya sudah terbang, jadi dia naik Malaysia Airlines dari Dubai. Karena dia pindah-pindah pesawat itu sementara barangnya tidak sama dia, jadilah gak tau dimana koper-nya sekarang. Poor Derrick . Tapi dia santai-santai aja ke kampus, tidak jet lag dan tidak stress, tetap dengan humornya yang gak pernah gagal bikin kita ketawa itu :).

Semua presentasi dilakukan dalam 2 hari (26 presentasi). Hari pertama dari jam 09.00 – 14.00 (10 orang). Hari kedua dari jam 09.00 – 15.00 (16 orang). Derrick dan Pak Bambang tidak berkurang antusias-nya sampai presenter terakhir. Kebetulan aku mengikuti semua presentasi, pertama karena aku dokumentasikan, kedua karena aku tertarik ingin tau semua topik teman-temanku, ketiga karena aku menikmati tiap kali Derrick memberikan komentar dan masukan. Bisa jadi inspirasi untuk aku handle thesisku juga.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Dr. Bambang K Hadi menyampaikan commentnya dengan ekspresif

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Prof. Derrick and Bamgang Setioutomo

Kesimpulanku ada 2 yang ITB dan semua dosen lain bisa belajar, pertama paradigma yang ada harus : we are here to serve you, student !’, bukan sebaliknya. Percaya, ini yang akan memberikan output universitas yang baik, world class if you like. Yang kedua continues improvement. 2 kata terakhir ini sering sekali kita dengar, tapi tidak semua orang punya keinginan dan bisa melakukannya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home