Saturday, January 05, 2008

Darto = Radar Moto

Cerita tentang Darto ini jadi hal yang paling menarik dari interview-ku dengan perusahaan yang mengembangkan survaillance system untuk militer. Nama perusahaannya PT. Global Asia Teknologi (Asiatek). Aku menginterview salah satu pendiri perusahaan - M. Fadli (Mas M ) ini untuk keperluan thesis-ku.

Ide pengembangan survaillance system ini dimulai dari sejenis tugas akhir seorang perwira siswa sesko TNI-AU tentang operasi bersama pemantauan rutin Selat Malaka antara angkatan udara Malaysia, Singapore, dan Indonesia. Selat Malaka termasuk salah satu jalur perdagangan di dunia yang sangat sibuk, sehingga keamanan dari perompak dan bajak laut di Selat Malacca menjadi sangat penting.

Saat patroli bersama antara 3 negara ini menggunakan pesawat masing-masing negara secara bergantian. Personnel dari 3 negara juga semuanya akan berada di dalam pesawat tersebut. Pesawat dari Malaysia dan Singapore dilengkapi dengan survaillance system, sedangkan pesawat Indonesia tidak. Jadi saat patroli bersama dengan menggunakan pesawat indonesia, pemantauan dilakukan dengan teknik Darto ini, Radar Moto.
Caranya : personnel diberi diberi tali pengaman yang diikatkan di pinggang, pintu pesawat dibuka, personnel dengan kamera di tangannya nongol keluar dari pintu pesawat dan melakukan pemotretan dengan kamera secara manual :)'.

Cerita ini terdengar lucu waktu diceritakan, tapi juga miris saat mendengarnya.
Ini salah satu gambaran kondisi TNI kita di bandingkan dengan 2 negara tetangga kita. Tidak heran sebenarnya kalau mendapati akhir-akhir ini 2 tetangga ini makin tidak ada respect-nya dengan Indonesia. Karena mereka tau kekuatan yang mereka punya dan kekuatan yang Indonesia punya.

Aku ingin sharing cerita tentang ini disini sebenarnya bukan untuk 'menelanjangi' negara kita, tapi point yang lebih penting yang aku ingin sharing disini adalah apa yang dilakukan selanjutnya oleh perwira TNI AU dan beberapa teman di asiatek yang membantunya membuat tugas akhirnya, mereka yang menyadari kelemahan kita ini dan berinisiatif melakukan sesuatu untuk itu. Aku jadi ingat salah satu tulisan satu teman tentang: The Power of ":Do Something".

Orang-orang ini kemudian mengajukan proposal untuk pengembangan survaillance system ke Direktorat Teknologi dan Industri (Dirtekind) Dephan. Sudah menjadi amanat undang-undang bahwa Dephan harus melakukan pembinaan industri pertahanan. Direktur Dirtekin menyambut baik proposal ini dan dianggarkan lah project pengembangan survaillene system ini. Asiatek memulai project ini from scratch, dari nol. Dalam setahun 2 prototype sukses dibuat. System ini sudah lulus tahap pengujian oleh TNI-AU, sudah siap di produksi massal jika pemerintah mau. System ini diclaim lebih baik dari produksi Israel dan Australia.

Point lain yang ingin aku share selain dari the power of do something ini adalah tidak sulit menemukan sumber daya manusia Indonesia yang mampu untuk membut peralatan berteknologi. Aku sudah mewancarai 3 perusahaan untuk thesisku ini, mampu kok kita membuat hovercraft, panser, dan survaillence system. Kemampuan acquisition technology kita aku pecaya tinggi, seperti jug pernah dikatakan oleh mentri perhubungn dalam interiew-nya dengan Peter F Gontha beberapa waktu lalu. Sekarang tinggal kesadaran, kebijaksanaa, dan cerdasnya pemerinth dan orang-orang punya kemampuan Indonesia ini saja. Inisiatif bisa datang dari mana saja, tidak harus hanya dari pemerintah, tidak juga harus dari masyarakat saja.

Untuk yang udah mual lihat Malaysia yang makin menjadi-jadi akhir-akhir ini tingkahnya, jangan hanya berharap pemerintah saja yang Do Something, sehingga cerita seperti Darto ini tidak ada lagi.

Tuesday, January 01, 2008

Janus

Januari sebagai bulan pertama dalam kalender Masehi diambil dari nama Dewa Romawi, Janus. Dalam mitologi Romawi Janus adalah dewa penjaga gerbang (God of Gate). Dia sering disebut juga God of Beginnings.Tampilannya sering digambarkan dalam wajah bermuka dua yang menggambarkan bahwa dewa ini dapat melihat ke depan dan belakang pada saat yang sama.

Tidak semua orang mungkin tahu atau menyadari kata di balik Januari ini, namun semua gambaran akan Janus ini sudah menjelma menjadi 'ritual' yang umum dilakukan orang saat pergantian tahun menjelang. Ritual seperti membuat kaleodoskop untuk menengok kejadian setahun kebelakang dan membuat resolusi untuk dijalani di tahun depan adalah yang jamak dilakukan.

Kita memang perlu momen untuk berkontemplasi, Januari rasanya memang termasuk momen yang pas untuk itu.
Mengingat apa yang terjadi selama tahun 2007 hanya satu kalimat yang bisa mewakili : rasa syukur tak hingga. Banyak kejadian besar dalam keluargaku tahun ini ; mamaku pergi dan pulang haji dengan lancar dan selamat di awal tahun, pernikahan adikku juga berjalan lancar di tengah tahun, di akhir tahun operasi jantung keponakanku berjalan baik, dan adik bungsuku berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai A. Kuliahku sendiri alhamdulillah lancar.

Tahun 2008 tidak banyak rencanaku. Yang paling utama thesis bisa selesai bulan Maret ini, bisa jalan-jalan berempat bareng kakak dan adikku di Eropa bulan April-Mei, bisa sidang bulan Mei, bisa wisuda bulan Juli, dan dapat kerja yang baik secepatnya setelah wisuda :)'.
Hal lain : harus mulai serius lagi usaha banyak minum air putih, belakangan penyakit malas minum kambuh lagi :( dan lebih serius usaha perbaiki ibadahnya.

Selamat Tahun Baru buat semuanya... !