Monday, October 25, 2004

Sedikit cerita dari tanggal 23 Oktober...

27 tahun.....
banyak ucapan....
banyak doa.....

Doa kakakku : semoga selalu sehat...lahir dan batin...
Doa Bosku : semoga banyak rejeki dan cepat dapat jodoh [doa yang tepat sekali, pak:)]
Doa banyak sahabatku : semoga panjang umur, sehat dan bahagia.

Doaku......
hmm.... apa ya doaku??
tidak banyak berbeda dari doa semua-nya, yang lain mungkin cuma rasa syukur-ku
Aku bersyukur untuk semua yang pernah aku punya, yang sedang aku punya maupun yang akan aku punya. Tuhan memang baik....

Teman kostku juga baik, rela kamar dan peralatan masaknya aku pakai untuk membuat makanan andalanku : Martabak Kentang!. Mengapa andalan? karena cuma ini satu-satunya makanan yang bisa aku buat dengan fasih, bahan dan takarannya tidak perlu lihat 'contekan', dan sampai hari ini yang pernah mencicipi makanan ini mengaku puas . Jadi rasanya memang tepat membuat makanan ini di hari yang cukup special buatku ini.
Tapi berhubung bulan puasa, sempat ragu juga untuk membuatnya karena tidak bisa mencicip, sementara selama ini untuk rasa asin, pedas dsb yang diandalkan adalah pencicipan. Namun akhirnya diputuskan untuk tetap membuat dan mengedepankan 'harap-maklum' jika nanti memang rasanya tidak memuaskan :)

Pagi-pagi aku ke pasar tradisional dekat kost-ku, pasar Mede. Semua bahan tersedia disana.

Bahan Kulit Martabak :
1 kg tepung terigu
2 butir telur

Bahan Isi Martabak :
1 kg kentang
2 butir telur
Bawang daun
merica, bawang merah, bawah putih, garam

Bahan saus :
1/4 gula merah
cabe rawit
bawang putih
cuka putih
garam
kecap


Jam 10.00 pagi aku mulai memasak. Pertama merebus kentang. Sambil merebus kentang aku membuat kulit martabak.

Cara Membuat Kulit Martabak
1. Campurkan tepung terigu dengan garam secukupnya
2. masuk kan dua butir telur, dan aduk sampai telur tercampur merata
3. Tambahkan penyedap rasa jika suka
4. beri air secukupnya sampai adonan cukup kenyal untuk dibentuk bulat-bulat
5. bentuk adonan bulat sebesar telur ayam, taruh di atas nampan atau permukaan rata lainnya yang sudah dilumuri minyak goreng agar adonan tidak lengket dengan permukaan.

Setelah kentang rebus matang, angkat dan tunggu hingga kentang benar-benar dingin. Sambil menunggu kentang dingin aku menyiapkan bumbu untuk menumis kentang nantinya. Bawang merah, bawang putih, merica dan garam dihaluskan. Lalu bawang daun diiris tipis-tipis.

Setelah kentang dingin, kupas kulitnya dan potong dadu sekuran kira-kira 0.5 x 0.5 cm. Jika kualitas kentangnya tidak begitu bagus, potongan dadu sebaiknya lebih besar agar potongan dadu tidak hancur.

Ketika bumbu dan kentang telah siap, selanjutnya membuat isi martabak

Cara Membuat Isi Martabak
1. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan hingga bumbu garing
2. Masukkan irisan bawang daun
3. Masukkan kentang yang sudah dipotong dadu, aduk hingga bumbu merata dipermukaan kentang
4. Masukkan 2 butir telur (tidak perlu dikocok), aduk hingga telur merata dipermukaan kentang
5. tambahkan garam secukupnya
6. tambahkan penyedap rasa jika suka.
7. Angkat kentang jika seluruh telur telah matang dan merata dipermukaan kentang.

Sambil menunggu isi martabak dingin, aku mempersiapkan bahan untuk saus-nya. Gula merah direbus dengan 3 gelas air. cabe rawit, bawang 6 siung bawang putih dan garam aku haluskan. karena aku suka pedas jadi cabe rawitnya kira-kira 20 :)'. Setelah gula merah hancur dan air agak mengental, panci aku angkat dan air gula merah tersebut disaring, lalu panaskan kembali air tersebut hingga mendidih dan bumbu yang sudah aku haluskan tadi aku masukkan. Untuk melengkapi rasanya bumbu yang aku tambahkan adalah garam, sedikit kecap manis dan cuka putih. Karena tidak bisa mencicip aku percaya saja kalau saus ini rasa manis, asam, dan asinnya sudah cukup.

Selanjutnya adalah pembuatan martabak. Hal yang perlu aku siapkan adalah bagian belakang baki atau benda apapun yang permukaannya rata, bisa juga permukaan meja atau lantai. Hari itu yang tersedia hanya lantai saja :) jadi aku mengalasi lantai dengan plastik bersih yang sudah dilumuri minyak.

Cara Membungkus Martabak.
1. Ambil satu bulatan kulit martabak, tekan-tekan bulan tersebut hingga bulatan tersebut melebar dan menipis. Namun hati-hati jangan sampai kulit tersebut robek.
2. ambil satu sendok penuh isi martabak taruh di tengah-tengah kulit tersebut
3. lipat kulit sbb :' bagian kulit sebelah kiri yang tidak ada isinya lipat ke tengah, bagian kulit sebelah kanan yang tidak terkena isinya juga lipat ketengah, sehingga dua bagian tersebut bertemu ditengah. ujung atas dan bawah juga lipat ketengah. jadi semua lipatan bertemu dibagian tengah kulit.

Pukul 2 siang semua martabak telah jadi, selanjutnya adalah proses menggoreng. Karena buka puasa masih agak lama, jadi semua martabak aku goreng tidak sampai matang dahulu. Agar nanti ketika digoreng untuk kedua kalinya kulitnya tidak jadi keras.

Dari 1 kg tepung terigu dan 1 kg kentang hasilnya adalah 30 martabak. Cukup untuk mengantar teman-teman kost. 1 orang dapat 3 :)

30 menit menjelang buka puasa aku kembali menggoreng martabak kentang tersebut. dan mulai membagikan ke teman-teman kost, recepsionist kost juga kebagian :)'. Semua yang diantar disertai 'peringatan' : kalau rasanya agak aneh mohon dimaklumi ya karena tidak dicicipi ketika memasak:)'.


Wednesday, October 13, 2004

Box and Circle

Berapa hari ini aku kepikiran banyak sekali soal menikah dan kehidupan dalam pernikahan. Pemicunya dari cerita seorang sahabat yang usia pernikahannya masih sangat muda, 4 bulanan. Sebenarnya bukan dia yang pertama bercerita seperti itu, aku sudah mendengar lumayan banyak cerita orang-orang yang aku kenal tentang pernikahan mereka. Yang paling dominan dari cerita yang usia pernikahannya masih muda itu adalah masa-masa terberat saat penyesuaian.

Memang cerita itu tidak pernah menyurutkan niatku untuk menikah atau jadi takut menikah, malah semangat pingin nikah:) semoga tidak terdengar sombong..but i take it as challange :)
Ngga tau deh, aku yakin aja kalau pernikahan ku akan berbeda dengan mereka, dan tidak akan berakhir seperti mereka, divorce misalnya.

Aku rasa aku bisa yakin begitu sebelumnya karena aku mikirnya : "ah kalau saling cinta, pasti bisalah semuanya". Tapi kalau dilihat-lihat lagi nggak bisa juga cuma begitu. Yes cinta itu pasti akan membantu banget, tapi kalau terlalu banyak masalah, bukan cinta yang akan nolong, tapi cinta itu yang malah akan terkikis sedikit demi sedikit.'

Someone said : namanya udah perbedaan..- beda- tidak sama- harfiahnya pasti lain lah mirip kotak dan lingkaran, dan semua orang meributkan gimana cara nyatuin kotak dan lingkaran tadi
wah, ini sampai kiamat gak akan ketemu
Kenapa tidak saling berbesar hati saja? si lingkaran yang mengecil sehingga bisa masuk kedalam kotak, atau si kotak yang mengecil jadi bisa masuk ke lingkaran.

Memang nggak mungkin sih yang namanya perbedaan disatuin, tapi kalau dari awal saling tahu perbedaannya dan ngalamin beberapa perbedaan itu sama-sama mungkin ngga akan jadi masalah besar pas udah benar-benar hidup satu rumah dan harus ambil keputusan untuk sama-sama.'Yes pasti akan ada pengorbanan, itu jelas banget, pasti banget. Tapi masalahnya begini, terima ngga' terima, suka ngga suka, yang namanya 'itung2an' itu pasti bakal terjadi.

Misalnya ada yang lagi iseng nulis list perbedaan dia sama pasangannya, dan hasilnya begini:'.
1. dia : hobi banget dugem, tiap malem maunya ke kafe,
aku : gak hobi banget dugem, pinginnya selalu sama-sama di rumah aja.

2. dia : gak suka aku pake baju macem2, pinginnya pakai baju panjang islami gitu
aku : lebih suka pakaian yang ikut trend mode.

3. dia : kalau tidur harus matiin lampu
aku : gak bisa tidur kalau lampu mati, gak nyaman kalau gelap.

Misalnya listnya begitu, trus gimana nih list pertama? si dia yang harus ngilangin kebiasaan dugemnya? atau si aku yang harus ikut si dia kelayapan malem-malem? option "a" atau "b" pasti ada yang gak happy kan ?.
atau si dia yang harus ngurangin dugemnya jadi sekali-sekali dan si aku nemenin ( ini solusi ideal kelihatannya).
Tp gimana kalau karena itu udah habit banget si dia, jd gak bisa dikurangi ? celaka kan? harus si aku yang ngalah tapi si aku pasti ngga' happy.

Taruhlah point 1 list itu si dia yang ngalah, point ke dua dia juga yang ngalah, point 3 dia juga yang ngalah, trus kalau ada satu lagi perbedaan, pasti deh si dia itu bakal mikir :'kok aku terus yang harus ngalah?'.atau harus selalu score-nya sama? si aku mikir : ya udah deh kali ini aku ngalah, kan dia udah 2 kali tuh ngalah' kalau ada perbedaan lagi bisa aja si aku bilang : aku kan udah ngalah yang kemarin, kali ini kamu deh yang ngalah!' Susah dong harus itung-itungan terus gitu'. Tapi kalau gak itung-itungan pasti ngerasa nggak happy
juga...'.

Aku ngeliat nggak selalu semua masalah ada jalan tengahnya, kadang-kadang pilihannya biner : iya atau tidak, nggak bisa di mix sama sekali.

Nikah itu kan harus happy dua-duanya, nggak bisa satu orang aja yang happy demi yang lain. Nah aku bilang sih sebelum nikah harus coba dicari-cari kira-kira gimana nih pola penyelesaian masalah supaya tiap orang bisa happy.

Hmm.. kaya'nya aku perlu buat list kaya' si orang iseng itu ya, nanti kalau sudah ketemu si calon didiskuskan sebelum nikah:) Gimana?? :))

Tuesday, October 05, 2004

Ketika masa lalu dan masa kini berdampingan.....( Pict's story)

I found some old pictures at my grandpha's house. And at my house i found my beautiful niece's pictures.
Menarik sekali ketika aku mendampingkan foto lama kakakku ( Echa) dan foto keponakanku ( her daughter- Masha).
I want to share all that picts to you here, so you can also enjoy what picts from this two generation tell :)'.


Echa : 4 tahun, Masha 4 tahun. Di jaman echa mungkin ini ikatan rambut paling mutakhir kala itu :) Untuk masha rambut diurai dengan dua jepit cantik mungkin pilihan paling pas dan keren :)


Echa : 6 tahun, Masha 4 tahun, antara baju terusan dan jacket jeans


Echa : 6 tahun, masha 4 tahun. Antara 1982 dan 2003 : the same beautiful smile :).

Senang mengetahui ada yang tidak berubah dan hilang dari generasi ke generasi : kehangatan senyuman :)

Gay Tidak Menular, Tapi......

Pagi ini seperti biasa aku mengecek email di semua alamat email yang aku punya termasuk alamat email dimana aku tergabung dalam millist gay seperti yang sebelumnya aku ceritakan. Salah satu email dari millist gay itu bunyinya begini :

Subject : Batam atau Singapore ??

" Hi All..
Gua Andi, chi 36/176/63 kg, gak sissy
weekend ini gua mau ke batam dan gua cari partner/bf yang gak sissy
bisa hubungi gua di 081XXXXX ( dia tulis lengkap nomornya)

Thanks
Andi

------------------------------
email senada ini rasanya yang paling mendominasi di millist ini, email yang lain kadang-kadang ada yang minta tips ini itu. Misalnya email beberapa waktu lalu yang isinya kira-kira begini :

"Hi, gua lagi naksir banget sama cowok, tapi dia cowok stright, bukan gay, ada nggak yang punya pengalaman kaya' gua dan berhasil dapatin cowok stright yang ditaksir itu? bagi-bagi dong tips-nya".

Banyak sekali yang menanggapi email ini, salah satunya ada yang menulis cukup panjang seperti ini :

Jangan pernah menghubungkan gay dengan cinta sejati. Demikian komentar seorang teman ketika sedang mendapati saya sibuk menyiapkan sebuah diskusi tentang gay. Bagiamanapun juga, lanjutnya lagi, gay bukan sebuah pilihan yang tulus. Dan seseorang tak akan bisa melakukan yang sejati di atas ketidaktulusan.

Komentar teman saya tadi, yang kebetulan sudah mampu menerima kegay-annya sejak beberapa tahun lalu, langsung mengubah kesadaran saya waktu itu. Benar juga, sesuatu yang dilakukan atas dasar ketidaktulusan selalu menjadi ketidaksejatian. Di kemudian hari saya baru menyadari bahwa cara-cara pendekatan gay untuk mencari pasangannya selalu ditentukan oleh dua cara yakni keterusterangan atau kepura-puraan. Dua cara tadi menurut saya adalah sebuah bentuk sikap yang didasari oleh kepasrahan menerima kondisi menjadi kaum minoritas itu. Bahkan ketika gay itu sudah benar-benar bisa menerima dirinya sekalipun.

Golongan pertama, yakni yang berani berterus-terang, biasanya sudah lebih berani untuk terbuka menyatakan identitasnya. Maka dengan berani juga mereka akan segera memperkenalkan diri sebagai gay. Sementara golongan kedua akan selalu panik menyadari kegay-annya itu hingga ia tidak bisa nyaman melakukan keintiman pada calon pasangannya itu. Biasanya ia akan mengaku sebagai saudara atau sahabat dekat. Pergantian predikat ini dianggap cukup aman sekaligus juga memberikan sensasi kedekatan yang tak kalah intim dengan ketika mereka meniru cara terus terang seperti golongan pertama.

Cara pertama tak akan banyak saya komentari mengingat cerita itu biasanya tak begitu menarik. Kalau tidak happy ending, biasanya pendekatan kaum ini hanya akan menjadi cerita cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Sementara cara penyamaran biasanya langsung menyediakan lika-liku cerita yang menarik. Teman saya yang gay tadi misalnya, ia sanggup membuat pria yang sangat dicintainya mau hidup dengannya selama beberapa bulan hanya dengan alasan kedekatan sebagai teman. Pria yang dicintainya itu adalah teman sekamar ketika mereka sama-sama menjalani praktek lapangan di luar kota. Keintiman yang dia lakukan pada pria itu pada awalnya sangatlah unik. Hanya dengan alasan tidak biasa tidur sendiri, takut tidur dalam gelap maka teman saya tadi segera bisa menggaet teman sekamarnya untuk tidur seranjang. Tentu ada dua persepsi yang berbeda dalam benak mereka. Teman saya merencanakan paket-paket keintiman yang kongkrit sementara pria yang dicintainya itu hanya siap untuk berposisi sebagai sahabat yang menemani tidur, tak lebih dari itu.

Manuver teman saya berhasil. Maksudnya selama di luar kota itu ia sanggup mengkontrol dirinya dalam kepura-puraan. Kedekatan yang dibinanya selama sekamar di luar kota itu kemudian ia lanjutkan dengan menjadi teman sekamar dalam pondokan mereka yang baru. Pria itu bersedia. Di sinilah teman saya tadi mulai melakukan keintiman yang lebih fisikal dari sekedar obrolan verbal seperti sebelumnya. Kebiasaan saling memijat sebelum tidur, satu selimut berdua untuk menghemat cucian sampai akhirnya ciuman menjelang tidur menjadi kebiasaan yang wajar. Tidak hanya bagi teman saya tapi juga bagi pasangannya itu. Ketika ia saya tanya bagaimana caranya, ia hanya tertawa.

Kejadian teman saya itu terjadi ketika ia baru saja mau menerima kondisinya sebagai gay. Kalau gay yang sudah mantap saja kadang-kadang masih menyikapi kondisinya sebagai sebuah pilihan sulit, maka tentu teman saya jauh lebih buruk lagi kondisinya. Penerimaan dirinya sebagai gay lebih karena ia tidak lagi merasa mampu berbuat banyak dalam hidupnya hingga akhirnya ia buru-buru mengamini kondisi gay-nya. Hidup hanya sebentar maka sayang kalau kita terlalu merisaukan sesuatu yang sudah tidak mungkin berubah, begitu komentarnya tentang pilihannya menjadi gay. Pilihan itu memang bernada pesimistis tapi akhirnya dari ceritanya saya tahu kalau ia berniat menjalani pilian itu dengan mantap.

* * *
Dalam benak saya keintiman adalah sebuah akumulasi traumatik yang disusun atas perjalanan hidup kita. Seseorang baru akan bisa merasa intim kalau ia sudah melakukan kontak fisik dengan lawannya jika semasa kecilnya ia dibiasakan dalam hubungan kontak fisisk. Misalnya saja ketika sesorang selalu dibiasakan mencium dan dicium bapak ibunya saat ia hendak pergi ke sekolah, maka rasa-rasanya tidak mungkin ia akan merasa intim dengan seseorang hanya dengan saling memandang atau lewat percakapan sepenggal. Kontak fisik adalah legitimasi keintiman yang ia sepakati.

Hal ini tejadi juga pada gay, saya pikir. Gay memang tidak menular tapi jangan lupa seseorang bisa menjadi gay ketika ia menikmati stimulus homoseksualitas pertama yang diberikan kepadanya. Dan stimulus homoseksualitas selalu dilakukan dengan kontak fisik. Kalaupun tidak bisanya kontak fisik tetap menjadi stimulus yang sangat signifikan bagi perkembangan orientasi seksualitasnya Misalnya saja stimulus pertama itu akan menentukan titik-titik rangsangan favorit saat ia beruhubungan seks.

Hal di atas bisa juga dijelaskan dalam kasus teman yang saya ceritakan tadi, dalam analisa psikologisnya ia adalah seseorang yang gagal dalam perkembangan oralnya. Dulunya ia adalah bayi yang disapih secara prematur dari payudara ibunya. Fase oral yang tidak lengkap ini membuatnya selalu melakukan aktifitas oral di saat emosi tidak stabil dengan msalnya saja makan, minum atau teriak-teriak. Ketidakseimbangan ini kemudian terbawa juga pada pilihannya menetukan titik rangsang favoritnya. Singkatnya sebagai gay akhirnya ia lebih suka melakukan seks oral daripada sodomi.

Selera ini tidak terbentuk karena rangsangan pertama yang didapatkannya dari orang lain hingga ia menjadi gay. Karena teman saya ini menjadi gay hanya karena satu sebab, ia membenci ayahnya hingga tanpa stimulus apapun ia sudah mengorientasikan dirinya sebagai gay. Namun kontak fisik pertama yang dirasakanya sebagai gay, ditambah dengan kelemahan fase oral tadi telah membuatnya tergila-gila pada aktivitas oral seks daripada sodomi. Sensasi stimulus seks pertama yang dirasakan teman saya tadi adalah ketika ia harus merelakan kawan sekelasnya menghisap anunya saat mereka belajar kelompok.

* * *
Sebelum saya akhiri, saya ingin kembali mengomentari keberhasilan teman saya tadi mendekati pria pujaannya. Setelah ia hanya menjawab pertanyaan saya dengan tertawa, ia kemudian mengajak saya ke beberapa tempat pelacuran. Bukan untuk jajan, tapi untuk ngobrol dengan wanita penghibur di sana. Rayuan-rayuan maut merekalah yang kemudian dipelajarinya dan dipraktekkannya untuk meningkatkan keintiman ia dan pasangannya. Kalaupun ia akhirnya memakai wanita penghibur, itu hanya karena ia ingin mengetahui titik sensasi yang sangat disukai pria dalam perspektif wanita. Pada titik ini saya tidak pernah habis pikir menyadari kecerdikannya yang kadang terkesan konyol dan lucu itu.

Setelah melakukan survey tadi pada akhirnya kesulitan studi, tipisnya dompet, lemahnya fisik, stress berlebihan adalah komoditi rayuan dia ketika ia menginginkan sebuah kontak fisik yang lebih dari pria pujaannya itu. Pernah suatu kali ia mencoba untuk pulang ke kamar, masuk ke kamar tidur mereka dengan memasang wajah lesu dan mata memerah. Kawan sekamarnya yang belum tidur segera saja memberi respon yang diharapkan. Rasa belas kasihan membuatnya menghentikan pekerjaaanya dan langsung memberi perhatian penuh pada teman saya tadi. Pada saat seperti itulah aku akan mulai menangis atau pura-pura pingsan, kata teman saya di sela-sela wawancara. Dengan cara seperti itu maka biasanya pria pujaannya itu akan segera menyiapkan, meminjam istilah Tommy Page, shoulder to cry on.

Sambil sesenggukan biasanya ia akan mulai mengarang cerita atau mendramatisir nasibnya. Pria pujaaannya akan semakin trenyuh. Dalam tingkat ketrenyuhan tertentu, kita harus siap dengan rencana berikutnya, ujar teman saya tadi. Maksud dia ketika pria pujaannya itu sudah sangat trenyuh dengan ceritanya maka ia segera meminta penghiburan dari pria pujaan itu dengan cara mencium, memeluk, mendekap. Bahkan dalam beberapa kasus teman saya tadi bisa mendapatkan ciuman bibir dari pria pujaannya itu untuk mengembalikan ketenangannya. Parahnya lagi, dengan modus operandi seperti itu pria pujannya mau juga megikuti kemauan seks oral teman saya tadi dengan kesadaran penuh. Kalaupun kesadaran itu tidak penuh, itu hanya karena ia tidak pernah sadar bahwa ia tengah sekamar dan beraktivitas seks dengan gay. Dan teman saya tadi, seperti biasanya selalu pandai menyembunyikan identitasnya.

J P
Gay
------------------------------------------------------------------

Sumpah, saya bukan Guy, apalagi Gay!

Tengah bulan lalu aku sempat mudik ke rumah kakekku di Prabumulih. Aku lahir di kota yang pernah menjadi setting novel Ayu Utami dan lumayan kaya akan minyak ini. Sampai umur 4 tahun aku tinggal disini sebelum akhirnya keluargaku pindah ke Martapura dan sekarang menetap di Baturaja.

Kembali ke tempat dimana aku dilahirkan, aku jadi banyak ngobrol soal saat mamaku hamil aku, soal masa kecilku dan soal asal-usul namaku'. Beberapa cerita sudah pernah diceritakan mamaku misalnya saat mama hamil aku. Menurut mamaku tiap kali beliau hamil selalu ada satu mimpi seperti pertanda tentang bayi yang dikandungnya. Misalnya saat beliau hamil kakakku, beliau mimpi diberi bunga putih cantik oleh orang, dan ternyata bayi yang lahir kemudian adalah perempuan. Saat hamil adikku mamaku mimpi diberi ayam jago, dan waktu bayi itu lahir ternyata laki-laki.

Awalnya aku sempat heran kenapa urutan cerita mamaku begitu, kakakku lalu adikku, apakah artinya mama tidak bermimpi ketika hamil aku? ternyata beliau menyimpan cerita tentang aku belakangan, karena agak lain mimpinya. Waktu hamil aku mamaku mimpi ada anak kecil laki-laki dan perempuan di dekat mamaku dan mereka berkelahi hebat, saling tinju dan saling pukul sampai akhirnya mamaku yang memisahkan. Mamaku menarik tangan anak perempuan supaya jauh dari anak laki-laki. Jadi menurut mamaku dari saat aku dalam kandungan mamaku sudah tau anaknya yang akan lahir perempuan tapi jelas bukan akan jadi anak yang ayu, lemah lembut, kemayu dan feminin:)'.

Kemudian beliau bercerita juga tentang namaku. Seperti yang bisa dilihat di profilku nama lengkapku Oktaria Ineztianty. Oktaria diambil dari bulan kelahiranku Oktober ( yes, bulan ini aku ulang tahun:)). Ineztianty dari nama anak murid favorite mamaku dulu, Inez.

Di rumah dan di SD aku dipanggil Tanty, waktu pindah ke Bandung mayoritas memanggil aku Okta, hanya beberapa yang memanggil Inez. Sebenarnya aku suka semua panggilan itu, tapi belakangan aku lebih suka memperkenalkan diri sebagai inez, karena beberapa alasan, salah satunya adalah hampir tiap kali angkat telp jawaban yang aku terima :'maaf pak ini dari siapa?' atau' tunggu sebentar ya pak' :). Bisa dibayangkan kalau aku menyebut diri "okta", makin yakin saja orang diseberang telp kalau aku memang harus dipanggil 'pak' :). Lah wong disebutkan dari Inez saja masih ada yang tetap ngotot bilang :'tunggu sebentar ya pak' :)

Alasan lain adalah pengalaman menggunakan nama "okta" sebagai alamat email. Aku punya satu alamat email : Okta@.....com. Sangat simple memang, karena tidak ada tambahan underline, dash, angka atau apapun.
Satu hari aku dapat email dari salah satu milist di alamat emailku itu, dan entah bagaimana ceritanya aku sudah masuk sebagai anggota millist tersebut, padahal aku tidak merasa pernah subscribe ke sana. Dan lucunya adalah millist itu adalah millist GAY !! :). orang yang memasukkan aku ke dalam millist itu pasti mengira kalau pemilik alamat email adalah laki-laki dan mungkin saja di laki-laki ini gay:)'.

Lumayan kaget dan "geli" waktu tau aku ternyata tergabung dalam millist gay. Sebenarnya gampang saja kalau tidak berkenan tinggal unsubscribe, tapi tiba-tiba aku tergelitik untuk tetap joint sebagai anggota passif untuk tau seperti apa sih dunia gay. Tidak bisa dipungkiri gay ada dan dekat dengan kita tapi kita sendiri tidak pernah benar-benar tau seperti apa sih mereka?'. Jadi begitulah hingga hari ini kira-kita sudah 4 tahun aku masih tergabung dalam millist gay tersebut'

Di posting berikutnya mungkin aku akan sharing beberapa hal yang aku tau tentang dunia gay, misalnya seperti apa sih mereka mencari partner, seperti apa sih yang disukai gay, bagaimana sih kalau mereka naksir 'stright man' , bagaimana sih perasaan mereka tentang keadaan mereka sebagai guy? dll...dll..