Celeb Generasi X
Menarik memang mengamati selebriti, polah tingkah dan apa yang mereka bicarakan kadang-kadang menggelikan sekali untukku, kadang-kadang buat aku kesal dan tidak mengerti.
Satu hari aku melihat di tv satu selebriti ABG, Astrid bicara. Aku tidak tau persis kalimat pertanyaan wartawan, mungkin kira-kira begini :’apa pendapat kamu tentang virgin’??. Dengan ekspresi sangat antusias dia menjawab begini :’nggak usak munafik deh, hari gini? Virgin?? Sumpe lo?? Gua ingat banget apa yang dian sastro bilang, dan menurut gw dian sastro itu hebat bisa ngomong gitu, makanya gw inget banget, dia bilang gini :’kalau nikah Cuma untuk ML, ngapain nikah?? Menurut gw dia hebat banget bisa ngomong gitu’.
Astrid, sumpe lo aku gak salah ingat soal jawaban kamu itu juga urutan jawabannya seperti itu:)’. Dan sumpah banget lo ngga’ nyambung!!! :)’.
Aku kesal saat mendengarnya. Karena jawabannya berkesan :’yang tidak seperti gua itu munafik dan tidak mungkin’. Dik Astrid, belajar lagi yang banyak soal makna kata, konteks dan hubungan kausal kalimat ya :)’ lain kali kalau memberi komentar be smart ya :)’.
Aku tidak menutup mata dengan kejadian disekelilingku, dan aku pribadi tidak pernah memberi penilaian apa-apa, karena semua dalam hidup adalah soal pilihan menurutku, dan itu tidak perlu pembahasan apa-apa. Yang perlu adalah masing-masing orang yang sudah hidup dengan pilihannya tidak memandang orang lain yang berbeda dengan pilihannya sebagai orang yang lebih ‘rendah’ dari dia. Tentu saja orang yang memilih untuk tetap bersetia dengan norma dan nilai agama tidak ada hubungannya sama sekali dengan munafik dan tidak munafik.
Pernyataan dik Astrid yang mengesalkan sekaligus menggelikan itu sudah terlupakan, sampai berita tentang Ariel-Peterpan tiba-tiba muncul. Satu lagi berita yang terdengar menggelikan di telingaku. Lia kekasih Ariel dikabarkan hamil 6 bulan dan keluarga Ariel jadi ramai bicara di infotiment. Mereka bicara bahwa Ariel harus bertanggung jawab atas kehamilan Lia. Kata ‘bertanggung-jawab’ terdengar janggal dan tidak pas ditelingaku untuk kasus seperti ini. Untukku kata itu hanya pas untuk korban perkosaan, karena untuk korban perkosaan jelas si perempuan sama sekali tidak mau melakukan hubungan intim itu dan tidak pernah terbayang akan hamil sebagai konsekuensi dari hubungan intim. Jadi tepat jika si korban menuntut laki-laki untuk bertanggung jawab.
Wingky, sepupu Lia mengamini bahwa generasi mereka adalah generasi X, generasi yang mengagungkan kebebasan, dengan definisi sederhana kebebasan itu sebagai :’suka-suka gua dong, hidup-hidup gua kok’. Tapi ketika Lia hamil kenapa Ariel ‘diharamkan’ untuk bilang :’suka-suka gua dong..hidup-hidup gw’. Dia ‘diharuskan’ keluarga Lia untuk bertanggung jawab. I wonder why??? Dan ternyata katanya adalah secara norma dan agama ariel harus bertanggung’. Apakah ini tidak terdengar menggelikan??
Satu hari aku melihat di tv satu selebriti ABG, Astrid bicara. Aku tidak tau persis kalimat pertanyaan wartawan, mungkin kira-kira begini :’apa pendapat kamu tentang virgin’??. Dengan ekspresi sangat antusias dia menjawab begini :’nggak usak munafik deh, hari gini? Virgin?? Sumpe lo?? Gua ingat banget apa yang dian sastro bilang, dan menurut gw dian sastro itu hebat bisa ngomong gitu, makanya gw inget banget, dia bilang gini :’kalau nikah Cuma untuk ML, ngapain nikah?? Menurut gw dia hebat banget bisa ngomong gitu’.
Astrid, sumpe lo aku gak salah ingat soal jawaban kamu itu juga urutan jawabannya seperti itu:)’. Dan sumpah banget lo ngga’ nyambung!!! :)’.
Aku kesal saat mendengarnya. Karena jawabannya berkesan :’yang tidak seperti gua itu munafik dan tidak mungkin’. Dik Astrid, belajar lagi yang banyak soal makna kata, konteks dan hubungan kausal kalimat ya :)’ lain kali kalau memberi komentar be smart ya :)’.
Aku tidak menutup mata dengan kejadian disekelilingku, dan aku pribadi tidak pernah memberi penilaian apa-apa, karena semua dalam hidup adalah soal pilihan menurutku, dan itu tidak perlu pembahasan apa-apa. Yang perlu adalah masing-masing orang yang sudah hidup dengan pilihannya tidak memandang orang lain yang berbeda dengan pilihannya sebagai orang yang lebih ‘rendah’ dari dia. Tentu saja orang yang memilih untuk tetap bersetia dengan norma dan nilai agama tidak ada hubungannya sama sekali dengan munafik dan tidak munafik.
Pernyataan dik Astrid yang mengesalkan sekaligus menggelikan itu sudah terlupakan, sampai berita tentang Ariel-Peterpan tiba-tiba muncul. Satu lagi berita yang terdengar menggelikan di telingaku. Lia kekasih Ariel dikabarkan hamil 6 bulan dan keluarga Ariel jadi ramai bicara di infotiment. Mereka bicara bahwa Ariel harus bertanggung jawab atas kehamilan Lia. Kata ‘bertanggung-jawab’ terdengar janggal dan tidak pas ditelingaku untuk kasus seperti ini. Untukku kata itu hanya pas untuk korban perkosaan, karena untuk korban perkosaan jelas si perempuan sama sekali tidak mau melakukan hubungan intim itu dan tidak pernah terbayang akan hamil sebagai konsekuensi dari hubungan intim. Jadi tepat jika si korban menuntut laki-laki untuk bertanggung jawab.
Wingky, sepupu Lia mengamini bahwa generasi mereka adalah generasi X, generasi yang mengagungkan kebebasan, dengan definisi sederhana kebebasan itu sebagai :’suka-suka gua dong, hidup-hidup gua kok’. Tapi ketika Lia hamil kenapa Ariel ‘diharamkan’ untuk bilang :’suka-suka gua dong..hidup-hidup gw’. Dia ‘diharuskan’ keluarga Lia untuk bertanggung jawab. I wonder why??? Dan ternyata katanya adalah secara norma dan agama ariel harus bertanggung’. Apakah ini tidak terdengar menggelikan??
Menurutku hidup itu ada dua pilihan, mengikuti norma atau tidak mengikuti norma,dan ini tidak bisa dimix.
Norma menyediakan alur seperti ini :
Jangan ML sebelum menikah --> menikah --> hamil--> punya anak dengan segala kejelasan statusnya.
Stepnya harus sistematis dijalankan persis seperti itu kalau mau sampai ketujuan akhir dari adanya norma itu.
Generasi X rasanya ingin punya jalur sendiri yang kontradiktif dengan jalur norma, dan menurutku tidak masalah. Karena toh definisi norma dan normal itu sendiri adalah soal kesepakatan dengan angka statistik
Kembali ke soal Ariel dan Lia, jelas sekali bahwa dari awal mereka tidak ikut jalur norma, tapi jalur generasi mereka. Kalau ibarat rel kereta api mereka berada di rel yang beda dengan rel norma, tapi lucunya ditengah-tengah perjalanan mereka tiba-tiba ‘lompat’ ke jalur norma, bicara berkoar-koar tentang step tengah jalur norma!!!’. Bagaimana aku tidak merasa geli mendengar semua orang bicara tentang norma untuk kasus Ariel-Lia. Kalau betulan ini kereta ya pasti yang terjadi tabrakan. Bayangkan 2 kereta berbeda dijalur berbeda berangkat bersamaan, tiba-tiba ditengah jalan satu kereta tiba-tiba menikung dan masuk ke jalur kereta pertama. Hasilnya pasti tabrakan kan?
Apa boleh aku menarik kesimpulan seperti ini : Generasi X = Generasi tidak konsekwen?