Kemarin pagi-pagi satu temen kost email, judulnya : hahhhh??? '. wah ini pasti tentang kejadian yang sangat-sangat mencengangkan. Dan isi emailnya begini :'
Tau gak .....Gue baru dikenalin sama Project Coordinator baru di kantor, taunya dia mantan gue dulu, namanya R dan gua pacaran sama dia dulu 4 taun !!!
Duduknya persis lagi menghadap ke gue.
Kok bisa begini sihhhhh ?????
Ternyata memang benar mencengangkan :). Yang kebayang sama aku waktu si R duduk di meja barunya yang persis menghadap ke temenku itu, mungkin dia bergumam begini :' ah... what a life... teu nyangka ' ( sambil geleng2 kepala) :)'
Cerita seputar cinta memang selalu seru untuk disimak dan dibicarakan, krn seru, mencengangkan, lucu, mengharukan...benar-benar penuh warna.
Jadi ingat satu tulisan yang pernah dikirimkan ke aku akhir desember 2003 lalu. Semoga sabar bacanya, karena lumayan panjang. Tapi rasanya gak akan nyesel kalo baca sampai selesai:)
---------------------------------------------------------------------------
Biru...
Kupu-kupu Ulysses
Kuil Keramat Watphra Keo...
Pulau Maldives..
Dan...
Cinta...
Aku tidak pernah bertanya pada siapapun kenapa warna ungu tua menjadi warna agung pada balkon balkon di gereja…..
Mungkin mirip dengan warna anggur….
Yang diminum oleh para orang suci pada perjamuan makan malam terakhir…
Dan lucunya….
Kalau inti semua adalah cinta, lantas kenapa harus warna anggur ? Kenapa bukan biru ?
******
Aku memperhatikan Mom yang sibuk mengisi kalkun besar dengan rempah-rempah, ia memasukkan bumbu-bumbu tersebut dengan ketelitian tingkat tinggi, seperti seorang ahli kimia yang menuangkan berbagi zat agar ikatan molekulnya menjadi sempurna. Ritual ini tidak bisa diganggu….walaupun Mom tidak bicara apapun, tapi tiap tarikan napasnya mengambarkan kalau tidak ada seorangpun yang boleh mengganggunya ( termasuk : seekor seranggapun..).
Di luar aku melihat udara begitu abu-abu…begitu suram. Salju tidak turun tapi tetap saja di radio orang menyanyikan lagu white Christmas yang menurutku sangat konyol. Yang menghiburku satu-satunya adalah hiasan pada kue jahe dihadapanku, gula gula warna merah dan hijau yang baru saja mengering. Aku menyukai pekerjaan menghias kue jahe…walaupun kata Alex kakakku itu adalah pekerjaan wanita, agak banci malah bisa menjadi banci. Tapi aku tidak perduli…..eforia mendadak bisa memenuhi semua rongga dadaku, seperti tenggelam pada saus cokelat hangat. Rela mati untuk itu. Aku menikmati semua ritualnya…dari memisahkan gula- gula cair itu kedalam mangkuk, memberinya pewarna merah dan hijau..memasukkan kedalam alat penyemprot cream..memperhatikan corong berbentuk bintang membentuk bagian demi bagian dari kue jahe.Pertama…buat matanya….satu-satu..lalu hidungnya..mulutnya…..lalu kancing bajunya….dan..voila….jadilah kue jahe terbaik (ini menurutku). Mom bilang aku berbakat untuk itu, tapi saat ini ia tidak perduli kalau aku telah menyelesaikan satu loyang kue jahe untuk dihias, Mom sibuk dengan Kalkunnya.
Ayah, tidak pernah pulang lagi sejak natal sepuluh tahun lalu. Dan aku tidak berani menanyakan Mom kenapa Ayah tidak pulang lagi, karena itu akan menambah kerapatan molekul di dalam dapur sehingga udara bisa kapan saja menolak untuk dihirup. Dan aku malas melihat Mom “sekarat” mengelak dari pertanyaan semacam itu. Jadi aku biarkan pertanyaan itu mengendap, menjadi gula-gula..menghiasi kue jahe diotakku.
Ritual natal ini sudah lama sekali tidak aku temui. Terakhir…ketika aku berumur 5 tahun dan gambaran tentang itu rasanya mirip potongan film hitam putih yang sudah jamuran..kadang ada gambarnya..kadang hanya suaranya..ya begitulah….. – Mom memandang puas kalkun rempahnya, ia meletakkan kalkuknya kedalam pinggan tahan panas dengan hati-hati, seperti seorang ratu yang meletakkan mahkotanya. Lalu memasukkannya kedalam oven, mengatur suhunya agar warna kalkunnya cokelat keemasan, memastikan sekali lagi kalau semua tidak ada yang salah sebelum ia menutup pintu oven.
“ Bagaimana menurutmu ?- jangan bilang aku terlalu sadis karena memasukkan segala bumbu kedalam perut seekor kalkun yang sudah mati..lagipula dia sudah diberkati….ini natal….kalkun senang dijadikan hidangan natal, bukan begitu ?”
Aku tersenyum, Aku seorang vegetarian, dan memang..aku memperhatikan Mom seperti Hanibal dalam film The silence of the “turkey”. Tapi aku tidak menyalahkan Mon yang ingin makan kalkun pada malam natal.
“ Tidak Mom..aku pikir itu akan jadi kalkuk yang paling enak seperti biasanya”
Mom mulai bersenandung lagi….” Im…dreaming of the white Christmas….” ( padahal salju tidak turun)
“Ooh…kue jahe yang bagus sayang…hmm….harusnya ada Alex disini ya, kemana dia tahun ini ? apa mengunjungi pacarnya lagi ?”
“hmm…ya..sepertinya….negri tropis….gadis asia…..lebih menggoda dibandingkan dengan menghias kue jahe Mom”
“ Dari dulu dia tidak suka kue jahe….apalagi sekarang dia punya pacar”
suara Mom terdengar seperti gema dalam gua, dalam dan bergaung. Resonansi nya bisa ditangkap, Mom merindukan Alex, tidak rela kue jahe dan kalkunnya dijadikan nilai banding untuk pacar Alex.
Aku : diam
Mom: diam
Aku duduk diam memandangi Mom di seberang Meja makan yang tampak kepenuhan.( apalagi plus kalkun natal ala –Mom ). Mom memakan gaun warna putih mutiara dengan potongan leher sabrina. Rambutnya di twist dengan jepitan warna maroon. Malam ini Mom mengundang 4 orang teman dekatnya ( semua ibu-ibu ). Mom suka main bridge rutin dengan 4 orang temannya lagi. Aku pernah bertemu dengan salah seorang diantara mereka tahun lalu. Namanya Ninie. Mereka kelihatan senang sekali malam ini, tertawa, saling memuji dan berpelukan. Tante Ninie melambaikan tangannya kepadaku. Aku pikir Ayah adalah orang paling beruntung di dunia, dia menikahi Ibuku…Mom…dengan segala kelebihan dan kekurangannya…mirip sebuah berlian…ia selalu saja kelihatan berkilauan.
Aku bisa mendengar Mom memuji Alex didepan teman-temannya. Alex…ya..aku pikir dia memang pantas mendapat pujian,dia seorang dokter yang sukses,selalu mendapat nilai yang terbaik dengan predikat istimewa, gaji yang lebih dari cukup, rumah yang bagus di Amsterdam dan dia mau menikah tahun depan. Mom tidak diundang, untuk satu alasan yang menurutku sama sekali tidak masuk akal: terlalu jauh dari Paris ke Indonesia.
Calon isteri Alex adalah wanita Indonesia, negeri dimana Ayah pernah tinggal. Ayah bilang negri yang memiliki warna paling indah, banyak warna hijau dan turquoise, nyaris seperti pelangi. Waktu aku kecil aku selalu membayangkan Indonesia seperti ikan-ikan kecil yang berfosfor..selalu berenang didalam mimpi-mimpi ku begitu cantik, indah dan selalu saja ingin aku genggam. Ya..Alex…dia beruntung. Aku ingat sekali ketika ia mengabari kalau ia akan menikah. Suaranya terdengar begitu ringan seperti angin pada musim semi, ringan dan hangat. Cinta…ternyata bisa membuat notasi tersendiri.
Di rumah Mom tidak punya ruang tamu, hanya ada ruang keluarga yang luas yang dipenuhi dengan bantal-bantal bersulam dari persia ( Mom tergila-gila dengan sesuatu yang berbau timur tengah dia pernah bermimpi hampir 20 kali tidap bulannya untuk bisa tinggal di Giza ). Tidak ada sofa, hanya ada satu meja datar berbentuk persegi panjang dari kayu mahogany dilapisi kaca frosted. Satu TV ukuran besar ( Mom suka sekali nonton talk show, mirip dosa besar kalau dia melewatkan satu jam tayangnya ). Natal ini seperti biasa diatas meja dipenuhi kue jahe, pop corn, dan pot-pot kaca oval datar yang berisi Scarlet Knight, Royal William, Mermaid dan Golden Wing ( salah satu bunga mawar kesayangan Mom, Mermaid dan Golden Wings berwarna Kuning muda ) . Sebetulnya Mom lebih suka mawar putih, tapi untuk natal dia mendekor semuanya dengan warna anggur, dan kuning…warna persahabatan-hmm..heran lagi…- kenapa tidak ada warna biru ( tapi aku tidak protes ).
Mom asik ngobrol dengan teman-temannya, sebentar-sebentar Mom memberi isyarat untuk bergabung kesana.
“ Sayang..ayo duduk disini…siapa tahu kamu bisa menikah juga tahun depan…kami akan memberi berkat untukmu..khusus..” ( Tuhan..menikah ?- hmm….di kamusku kata-kata menikah itu sudah hilang..malah mungkin tidak terdaftar ). Aku tersenyum terpaksa, sepertinya gravitasi terlalu berat untuk pindah duduk diantara mereka, tapi ini malam natal….ya aku pikir aku akan bergabung dengan mereka.
“ Maukah kamu menyanyikan satu atau dua lagu natal untuk kami nak?,kata Cheryl kamu bagus sekali kalau menyanyi “
“ Ini Dalores…” – Mom memotong untuk mengenalkan teman-temanya sekali lagi.
Otakku berusaha mencerna…Dalores..ibu yang baru saja memintaku menyanyi lagu natal, seorang Ibu yang juga cantik, umur mungkin sekitar 56 lebih, rambutnya ikal warna cokelat muda,memiliki banyak cincin dengan batu berwarna biru dijarinya. Ahh…akhirnya ada juga yang memakai warna biru.
“ Batu Ruby yang bagus sekali ..”
“ terima kasih sayang…”
“ yang disamping Ninie itu Catherine…dan ini Sophia…” sambung Mom sambil menepuk pundak Sophia. Sophia Sudah punya cucu kata Mom, tapi dia masih cantik…dengan rambut abu-abu dan mata birunya yang cemerlang .
“ Kapan kamu menyusul kakakmu untuk menikah ?”- pertanyaan Sophia terasa seperti kristal yang membuat udara diruangan menjadi berat untuk dihirup. Pertanyaan yang membuat aku haru berpikir keras..karena pertama kata-kata menikah itu tidak ada dalam kamusku..tidak terdaftar, tidak terprogram, kedua karena tidak ada dalam kamusku aku tidak mengerti arti penikahan itu sendiri dan nantinya akan membias kemana-mana dan terakhir rasanya aku tidak berniat menikah sampai kapanpun.
Ibu-ibu itu menunggu jawabanku, seperti anak murid yang menanti jawaban PR kemarin yang akan dibahas, tenggorokanku kering, aku memohon Mom untuk menolongku tapi Mom rasanya malah lebih memohon untuk aku segera menjawabnya.
“Nng…..aku akan menyanyikan lagu saja ya….- hmmm – I’m dreaming of the white Christmas…
( aku heran kenapa lagu itu yang keluar….padahal salju tidak turun, tapi semoga pertanyaan tadi terlewatkan).
Mata Mom mendadak menjadi penuh bias, Mom selalu saja menangis setiap kali aku menyanyi. Aku ingat…konser natal pertamaku di gereja…hanya Ibu ku yang bertepuk tangan tanpa berhenti sambil menangis padahal bait terakhirnya aku ulang 2 kali karena lupa. Sepulangnya dari gereja Mom membelikan aku permen loli besar, cokelat fudge, Praline, dan tidak berhenti memujiku sampai pulang kerumah. Menurut Alex berlebihan, Alex bilang aku terlihat seperti singa laut yang kehausan di panggung tadi dengan jubah yang terlalu besar berwarna hitam ( aku setuju dengan Alex, lagipula lagu itu terlalu panjang untuk anak umur 5 tahun ).
“ Bagus sekali sayang “- Puji Mom sambil memelukku.( lupa dengan hutang jawaban menikah )
“ Selamat Natal Mom….”
Kami saling berpelukan dan mengucapkan selamat natal sebelum acara berlanjut ke meja makan.
“ Tahun depan bawa pacarmu kemari ya…” bisik Ninie sambil memelukku ( Tuhan..kenapa ibu-ibu ini selalu tegila-gila dengan pernikahan sih ? )
Mom mulai mengiris kalkun kebanggaannya. Aku bisa merasakan tiap tekanan di lengannya, begitu hati-hati, cairan saus didalamnya mengalir keluar setiap Mom mengiris potongan demi potongan, Sophie, Ninie, Catherine dan Dalores memandang dengan kagum, mereka berguman memuji seperti gerombolan lebah yang menunggu madu terbaik jatuh setetes demi setetes.
“ Bon appetite “
Mom membagikan irisan demi irisan itu satu persatu dengan ketelitian penuh, Mom selalu benci bila ada sayu tetes sausnya jatuh ke atas taplak mejanya yang berwarna off white. Dalores memimpin doa sebelum makan, memohon berkah untuk natal tahun ini…semoga Tuhan memberkahi kita semua…-amien-
Aku mengambil semangkuk besar salad, menuangkan french dressing dengan hati-hati supaya tidak ada yang tumpah. Mom melirikku tiap kali aku menuangkan salad dressing, ya aku tahu takut tumpah.
“ Bagaimana dengan Aikidomu ? apakah jadi ikut kompetisi ?”
“ tidak mom…mungkin tahun depan, aku sibuk sekali tahun ini “
Mom menghela nafas, sambil terus menikmati potongan demi potongan kalkuk tadi.
“ Aikido ?, kamu ikut Aikido ? bela diri orang jepang itu ya ? – Ninie menyambung pertanyaan mom sambil mencubit rotinya dengan hati hati dan mengoleskannya dengan mentega.
“ Ya..sudah lama, tapi aku amatir Ninie “
“ Alex ikut juga ?”
“ Tidak…Alex sibuk sekali belajar dulu, dia lulus dengan gold medal dari Harvard…katanya hanya ada beberapa orang saja…hebat sekali bukan ?” – Mom memotong dengan nada bangga. Aku tersenyum. Ya..Alex sibuk belajar. Aku…hmm…aku masih punya banyak sekali waktu senggang sehabis bekerja, aku masih bisa mengajar nyanyi, melatih Theater dan ikut Aikido. Senseiku bilang aku bisa ikut kompetisi, tapi aku rasa seni dari Aikido bukan hanya sekedar ikut kompetisi. Aikido sangat mementingkan kesopanan dibanding kekerasan fisik.
“ Ngomong-ngomong….kalkun ini luas biasa enak Cherryl….”
“ Terima kasih Dalores…aku hampir panik tadi karena anggur yang biasa aku pakai habis…tapi ternyata aku masih menyimpannya satu botol di lemari “
Mom terlihat begitu senang, tapi aku tahu dia akan lebih senang lagi kalau Alex dan Ayah ada disini bersama-sama. Mom memuja Ayah, dulu dia tidak bisa memasak. Katanya suami bisa mencintai isterinya lewat masakan, dan Mom jadi gila ikut kursus masak dimana-mana.
“ Kenapa sayang ? kamu suka sekali Ruby ya ?cantik sekali bukan ?”- Dalores tahu sejak tadi aku memperhatikan cincinnya.
“ Ya..aku suka warna birunya…cantik sekali… “
“ Dari mantan suamiku dulu..aku menikah 2 kali nak…”
“ Beliau pasti sangat mencintaimu…”
“ Ya..memang….”
Dalores tersenyum lebar sambil mempehatikan cincinya sekali lagi. Mom memperhatikan dengan sedikit cemburu. Mom rindu Ayah pasti. Ayah pernah juga membelikan Mom cincin, entah kenapa Mom tidak pernah lagi memakainya.
“ Kenapa kamu suka warna biru nak ?”- Ninie bertanya sambil menuangkan sesendok penuh cream pada soupnya.
Hmm…..aku mendadak juga bertanya pada diriku sendiri, kenapa aku suka biru ?
Warna pada kupu-kupu Ullyses…..
Warna laut di pulau Maldives….
Tuhan mecintai Bumi, mencintai manusia, mencintai semesta. Lalu Ia menciptakan tirai berwarna biru….atmosfer. Tirai hangat sehingga burung-burung begitu merindukan pagi hari. Warna tunggal….tidak memakai gabungan dari warna apapun….absolut seperti hitam ( padahal hitam memiliki ratusan campuran warna didalamnya, tidak salah kejahatan selalu dilambangkan dengan hitam….karena konon didalamnya ada banyak unsur ). Aku menyukai biru..karena…disana aku bisa melihat banyak cinta….ya..setidaknya itu salah satunya.
“ karena…cinta…warna cinta…”- jawabku hati hati.
Mom memandangiku dengan teliti kali ini lebih dari ketelitiannya ketika memasukka bumbu kedalam perut kalkunnya tadi sore. Satu menit yang lama…semua wanita diruang makan ini menatapku sepertinya aku baru saja menumpahkan satu mangkuk besar saus ke atas taplak meja Mom ( semua orang tahu Mom membenci percikan saus yang tumpah keatas taplaknya )
Aku merasa aku sudah memberikan jawab yang sangat-sangat salah.
Mata mereka menelajangiku. Memohonku untuk memberikan keterangan yang lengkap soal jawaban tadi.
“ Cinta ?”- Mom bertanya lagi. ( Ya Tuhan..ini pasti salah sama sekali ).
Tiba-tiba saja Mom tertawa, diikuti oleh keempat temannya. Mereka tertawa bersama sambil berbisik-bisik. ( gawat..pasti ada yang salah ).
“ Ahh….kamu sedang jatuh cinta pasti…?, ayo ceritakan pada kami…siapa gadis beruntung itu nak ..” – pertanyaan Sophia menjeratku..seperti tali rami yang mengikat kaki kalkun, begitu kencang, rasanya jantungku akan putus juga seperti nasib kaki kalkun itu.
Aku mencoba tersenyum, tersenyum sangat sangat terpaksa. Mom memperhatikanku dengan seksama aku bisa melihat Mom memohon agar aku segera menjawab pertanyaan Sophia.
“ Ahh..tidak..bukan begitu….”
“ Jangan malu-malu…..siapa tahu kamu akan menyusul Alex menikah tahun depan nanti…”- Ninie menambahkan sambil cekikikan.
( tidak….jangan menikah lagi….)
Aku memandangi Mom setengah memohon. Dan akhirnya Mom mau mengerti, ia segera mengalihan semuanya dengan mengeluarkan satu loyang puding hangat yang dilapisi gula halus. Dan semua terselamatkan. Kami melupakan kasus hubungan warna biru dan pacar. Menikmati puding natal Mom.
Aku membantu Mom merapihkan sisa pesta. Mom mencuci piring dengan hati-hati masih sambil bersenandung. Aku berusaha terlihat sibuk, karena tahu mom pasti akan menanyakan hal yang terpotong pada saat makan malam tadi. Sampai pulang tadipun Sophia masih berbisik-bisik padaku memohon untuk diberi tahu dengan siapa aku jatuh cinta. ( aku menjawab dalam hati : dengan kupu-kupu Ullyses )
“ Aku senang sekali malam ini sayang…betul-betul senang….aku berharap…hmm….kita bisa sama-sama lagi tahun depan….- dengan Alex dan isterinya….dan dengan..pacarmu..hmm..kalau ada”
Aku berhenti mengeringkan gelas sebentar.
Aku menyimak suara Mom dengan hati-hati…seperti menyimak musik klasik tingkat tinggi….notasinya demikian rumit. Apakah kupu-kupu Ullyses juga memiliki banyak warna sebelum dia menjadi kupu-kupu ?. Apakah Kuil keramat Watphra Keo juga demikian ?…lalu….Maldives ?. Entah kenapa aku merasa ada ada lubang besar di jantungku..aku bisa merasakan angin dingin meluar masuk disana…seperti rongga pada batu yang terkikis karena air…gemanya mengalir…- sepi –
“ Aku yakin kau memiliki kekuatan untuk mencintai sayang…”
“ hmm….kenapa Mom begitu yakin?”
“ karena selama ini kau begitu mencintai aku, ayahmu dan Alex….bukankah kau mencintai kami semua ?”
“ Ya….tapi…aku tidak punya sisa untuk membaginya dengan orang lain Mom..”
“ seseorang belum membukakan kuncinya untukmu sayang…satu hari semuanya akan berubah..dan kau akan setuju dengan semua ucapanku tadi…”
“ Begitukah ?, tapi aku tidak perlu orang lain Mom….aku sudah begitu bahagia bisa memiliki kalian “
“ satu saat….ada kalanya jendela yang lain akan terbuka sayang…- dan aku akan bersuka cita karena itu….”
Mom memelukku dengan hangat, aku bisa mencium bau magnolia dari tubuhnya. Aku bingung dengan Mom. Ayah pergi meninggalkannya demi labnya, Alex pergi juga karena alasan yang sama sekali tidak aku mengerti dan Mom tetap bisa mencintai mereka.
“ Aku ..mencintaimu Mom…sangat….”
“ Aku tau sayang….dan simpan sisanya untuk seseorang kelak “
“ Tapi aku tidak butuh siapapun Mom…”
“ Satu saat akan ada ..”
Jutaan hari lewat….
Castellane…..
Desa tempat kelahiran Mom. Ibu yang sangat aku cintai dengan segenap perasaanku, sampai pernah berpikir kalau cintaku akan habis untuknya. Aku tidak pernah merayakan natal sebetulnya. Alasanku untuk menghiasi pohon natal adalah karena Mom. Mom dan aku punya gambaran sendiri-sendiri tentang Tuhan. Tapi kami sama-sama mencintai Tuhan dengan cara kami masing-masing.
Cinta ternyata tidak hanya sekedar biru…karena cinta bukan kupu-kupu Ullyses,dan tidak bisa menandingi cantiknya Maldives….lebih dari biru…lebih dari turqouise…
Bias warnyanya lebih dari pantulan dari ribuan kristal.
Aku melihat banyak sekali warna…- dan belajar memahaminya memaksa kita mampu menikmati rasa sakit seperti menikmati tetesan pertama pada madu.
Aku melewati banyak warna..dan belajar karenanya….
Hitam ketika aku kehilangan Mom,Ayah, Fira dan Alex….
Jingga…pada lukisan-lukisan bunga dari ciara….
Merah..pada seragam bola milik Echal….
Cokelat muda pada Violin milik Kasha….
Biru untuk malam-malam yang diberikan Inez untukku…( seseorang yang mampu membuatku mencintai tanpa rasa takut kehilangan apapun- membuat segalanya menjadi genap ketika aku merasa begitu ganjil )
Semua teman Mom masih ada, mereka masih merayakan natal berempat setelah kepergian Mom. Dalores masih memakai cincin Ruby nya, Sophia masih tetap cantik seperti dulu dengan mata nya yang seperti air laut padahal cucunya sudah tambah dua lagi. Catherine terakhir sempat menjalani operasi jantung tapi dia melewati itu semua dengan baik, Ninie yang menggantikan Mom membuat kalkun panggang, resepnya diambil dari buku catatan resep milik Mom. Mereka masih sering bermain bridge di akhir pekan, membicarakan tentang harapan-harapan mereka, tentang Mom juga. Untuk mereka Mom tetap hidup di jiwa mereka masing-masing…tidak ada warna hitam kata Ninie…, tapi rasanya aku perlu belajar lebih memahami rasa kehilangan seperti mereka. Aku mengirim surat untuk Ninie tahun ini untuk mengabari kalau aku baik-baik saja.
-------------------------------
Dear Ninie,
Masih ingat aku ?, aku harap begitu. Beberapa tahun lalu aku pernah mengunjungi rumah Mom di Paris, tapi rumahmu kelihatan lain aku pikir kau sudah pindah rumah. Dan ternyata memang betul. Aku menanyakan alamatmu kepada beberapa orang, dan akhirnya aku menemukan alamat e-mailmu. Dan aku memutuskan untuk menulis surat untukmu.
Aku masih belum bisa juga mengenang Mom seperti kalian, dengan membiarkan Golden wings terus berkembang subur, dan membiarkan harum magnolia ada di tiap ruang. Tapi aku tetap akan belajar. Bagaimana kabar Sophia, Dalores dan Catherine ? ( aku berharap Catherine selalu dalam keadaan sehat )
Ninie, aku mau mengaku salah dengan semua kesombonganku untuk natal natal yang sudah lewat, dengan membiarkan Mom menampung semua ketololanku dengan berusaha mengerti kalau aku tidak pernah akan menikah dan belajar mencintai seseorang. Aku membiarkan kalian menunggu berlama-lama dan menjadikan suasana keruh dan selalu saja mengambang seperti potongan lagu yang tidal pernah selesai.
Aku belajar banyak….., ternyata Mom betul kalau cinta tidak Hanya berwarna biru seperti yang pernah aku katakan sebelumnya. Aku akan menikah sekarang, dengan seseorang yang sangat luar biasa dan aku mencintainya sepenuh aku mencintai Mom. Kau tahu Ninie, aku juga sangat mencintai kalian semua, dan aku berharap aku bisa mengundang kalian makan malam bersama disaat natal seperti dulu lagi. Aku akan belajar memanggang kalkun seperti Mom ( ya…walaupun rasanya pasti tidak akan sama Mungkin ada yang berbeda dengan desertnya nanti..Karena mungkin…ada kue istimewa dari Indonesia…aku pikir Inez bisa membuatnya.
Sampaikan peluk dan ciumku untuk semua, Selamat hari Natal Ninie. Semoga Tuhan memberkahi kalian dengan cinta yang tanpa batas, cinta yang dapat menerima segala warna….hitam sekalipun.
Selamat Natal !
Castellane, Desember akhir 2003
Untuk Mom, untuk segenap keberanian untuk mencintai (By Laluna Delaplata)